sunflocityy

Semesta

Kemudian setelah itu Jean keluar ruangan dan langsung menghubungi Haidar.

Percakapan Telepon

Halo Je, kenapa?” tanya Haidar.

Anjing, kemana aja lo bangsat, gua telpon berkali kali kenapa gak diangkat? Lo dimana anjing!

Je, lo kenapa sih? Gausah pake emosi bisa gak!?

Lo dimana, Haidar!?

Gua dirumah Eri, kenapa sih?

Bangsat Haidar, tinggalin pacar lo, anjing! Adek lo Dar, adek lo

Kia? Kenapa?

Adek lo, udah gaada, Dar..

Gaada apaan sih, lo kalo ngomong yang jelas dong anjir,

Adek lo Dar… Adek lo ninggalin kita semua! Adek lo meninggal, Haidar.

Hah? Je, lo kalo ngomong yang bener, anjing.

Lo kalo mau liat adek lo, dateng kerumah sakit harapan kita, sekarang!

Percakapan Telepon Terputus

Haidar yang mendengar penjelasan dari Jean langsung bergegas menuju kerumah sakit tanpa berpamitan dengan pacarnya itu. Ia langsung mencari taxi untuk menuju kerumah sakit.

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya ia sampai dirumah sakit dan langsung menuju ke ruangan Kia.

Haidar terdiam, mengamati tubuh tak bergerak yang tertutupi kain putih di hadapannya. Lama ia sedikit ragu untuk mendekat, sebelum akhirnya ia berjalan dengan sangat pelan, menghampiri Kia yang sudah tak lagi bernyawa. Dibukanya kain putih yang menutupi jasad Kia dengan perlahan. Tampak wajah pucat Kia di sana, membuat Haidar menggigit bibirnya. Diraihnya tangan Kia yang kini terasa dingin, kemudian digenggamnya dengan erat.

“Ki, lo bercanda kan? Bangun Ki.”

“Ki, jangan tinggalin gua, ya? gua sayang sama lo, Ki.. Please bangun Kii,” ucap Haidar sambil memegang tangan Kia.

Tanpa ia sadar air mata miliknya terjatuh di pipinya itu.

“Ki bangunnnn.. Gua mohon sama lo,please bangun, ya? Izinin gua buat bahagiain lo, kasih gua kesempatan, Ki.. Please bangunnn!” ucap Haidar sambil menggoyangkan tubuh Kia.

“Dar, udah.. Percuma lo minta Kia bangun, dia gabakal bangun, Dar.. Udah, ya?” ucap Jean sambil memegang kedua lengan Haidar.

Clara dan Reina yang melihat hal itu langsung keluar meninggalkan Haidar di dalam bersama Jean dan Rakha.

“Dar, ini kan yang lo mau? Lo mau Kia ninggalin lo biar lo bisa pacaran sama Cewe lo itu, iya kan!?” ucap Rakha dengan emosi nya.

“Rakha! Jaga omongan lo, gua tau lo marah sama Haidar, tapi tolong, ngertiin posisi Haidar saat ini, ya?” sambung Jean sambil menenangkan Rakha.

Haidar berdiri dan langsung menghampiri Rakha.

“Lo kalo ngomong jangan sembarangan, Anjing!” serang Haidar.

Brugghh

Tonjokan dari tangan Haidar kini mendarat di pipi Rakha. Jean yang melihat hal itu langsung memisahkan Rakha dan Haidar.

“Kalian apa apan sih, kaya bocah tau gak, kalo mau ribut diluar, jangan disini, kita lagi berduka, tolong jangan buat keributan kaya gini! Lo semua udah pada gede otak nya tolong dipake!” bentak Jean.

“Ah, anjing!” ucap Rakha dengan kesal.

Rakha pergi meninggalkan kedua temannya itu dan berdiri di depan ruangan tersebut.

“Kak, lo kenapa lagi? Lo berantem sama kak Haidar?” tanya Clara sambil memperhatikan wajah rakha.

“Gak, gua gapapa,” jawab Rakha.

Mereka pun berkumpul untuk menunggu Haidar dan Jean keluar dari ruangan itu.

“Dar, hilangin kebiasaan lo yang kaya gitu, jangan suka asal nyerang orang, gua tau suasana hati lo lagi ga bagus, tapi tolong liat kondisi,” ucap Jean.

“Je, bisa tinggalin gua disini? Gua butuh waktu,” pinta Haidar.

“Bisa, Dar, kalo ada apa apa kabarin gua, ya?”

“Iya, thanks, Je,”

“Sama-sama”

Kemudian Jean pun keluar ruangan dan meninggalkan Haidar seorang diri.

“Ki, maafin gua, ya? Maaf karena gua selalu jahat sama lo, maaf gua belum bisa jadi kakak yang terbaik buat lo… Ki.. mungkin permintaan maaf gua sulit lo terima, tapi gua mohon kasih gua kesempatan buat memperbaiki semuanya, ya? Please wake up, gua janji, gua janji bakal bikin lo bahagia, tapi lo bangun ya, Ki? Hiks, Ki.. Please maafin gua, maafin kakak lo ini.. Ki, kenapa lo ninggalin gua duluan? Katanya lo sayang sama gua, tapi kenapa lo harus pergi? Kenapa?”

Saat ini Haidar hanya bisa menangis melihat keadaan Kia, ia selalu berharap Kia bisa bangun kembali, yang Haidar ingin kan saat ini hanyalah kesempatan. Ia ingin Kia bangun kembali dan membuatnya bahagia, ia hanya ingin membuat Kia bahagia, tapi semesta berkata lain, semesta mengambil Kia disaat Haidar belum bisa membahagiakannya.

Semesta, saya nitip Kia, ya? Tolong jaga Kia disana, bahagiain Kia, jangan seperti saya yang selalu menyakitinya,” batin Haidar.

*Semesta

Kemudian setelah itu Jean keluar ruangan dan langsung menghubungi Haidar.

Percakapan Telepon

Halo Je, kenapa?” tanya Haidar.

Anjing, kemana aja lo bangsat, gua telpon berkali kali kenapa gak diangkat? Lo dimana anjing!

Je, lo kenapa sih? Gausah pake emosi bisa gak!?

Lo dimana, Haidar!?

Gua dirumah Eri, kenapa sih?

Bangsat Haidar, tinggalin pacar lo, anjing! Adek lo Dar, adek lo

Kia? Kenapa?

Adek lo, udah gaada, Dar..

Gaada apaan sih, lo kalo ngomong yang jelas dong anjir,

Adek lo Dar… Adek lo ninggalin kita semua! Adek lo meninggal, Haidar.

Hah? Je, lo kalo ngomong yang bener, anjing.

Lo kalo mau liat adek lo, dateng kerumah sakit harapan kita, sekarang!

Percakapan Telepon Terputus

Haidar yang mendengar penjelasan dari Jean langsung bergegas menuju kerumah sakit tanpa berpamitan dengan pacarnya itu. Ia langsung mencari taxi untuk menuju kerumah sakit.

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya ia sampai dirumah sakit dan langsung menuju ke ruangan Kia.

Haidar terdiam, mengamati tubuh tak bergerak yang tertutupi kain putih di hadapannya. Lama ia sedikit ragu untuk mendekat, sebelum akhirnya ia berjalan dengan sangat pelan, menghampiri Kia yang sudah tak lagi bernyawa. Dibukanya kain putih yang menutupi jasad Kia dengan perlahan. Tampak wajah pucat Kia di sana, membuat Haidar menggigit bibirnya. Diraihnya tangan Kia yang kini terasa dingin, kemudian digenggamnya dengan erat.

“Ki, lo bercanda kan? Bangun Ki.”

“Ki, jangan tinggalin gua, ya? gua sayang sama lo, Ki.. Please bangun Kii,” ucap Haidar sambil memegang tangan Kia.

Tanpa ia sadar air mata miliknya terjatuh di pipinya itu.

“Ki bangunnnn.. Gua mohon sama lo,please bangun, ya? Izinin gua buat bahagiain lo, kasih gua kesempatan, Ki.. Please bangunnn!” ucap Haidar sambil menggoyangkan tubuh Kia.

“Dar, udah.. Percuma lo minta Kia bangun, dia gabakal bangun, Dar.. Udah, ya?” ucap Jean sambil memegang kedua lengan Haidar.

Clara dan Reina yang melihat hal itu langsung keluar meninggalkan Haidar di dalam bersama Jean dan Rakha.

“Dar, ini kan yang lo mau? Lo mau Kia ninggalin lo biar lo bisa pacaran sama Cewe lo itu, iya kan!?” ucap Rakha dengan emosi nya.

“Rakha! Jaga omongan lo, gua tau lo marah sama Haidar, tapi tolong, ngertiin posisi Haidar saat ini, ya?” sambung Jean sambil menenangkan Rakha.

Haidar berdiri dan langsung menghampiri Rakha.

“Lo kalo ngomong jangan sembarangan, Anjing!” serang Haidar.

Brugghh

Tonjokan dari tangan Haidar kini mendarat di pipi Rakha. Jean yang melihat hal itu langsung memisahkan Rakha dan Haidar.

“Kalian apa apan sih, kaya bocah tau gak, kalo mau ribut diluar, jangan disini, kita lagi berduka, tolong jangan buat keributan kaya gini! Lo semua udah pada gede otak nya tolong dipake!” bentak Jean.

“Ah, anjing!” ucap Rakha dengan kesal.

Rakha pergi meninggalkan kedua temannya itu dan berdiri di depan ruangan tersebut.

“Kak, lo kenapa lagi? Lo berantem sama kak Haidar?” tanya Clara sambil memperhatikan wajah rakha.

“Gak, gua gapapa,” jawab Rakha.

Mereka pun berkumpul untuk menunggu Haidar dan Jean keluar dari ruangan itu.

“Dar, hilangin kebiasaan lo yang kaya gitu, jangan suka asal nyerang orang, gua tau suasana hati lo lagi ga bagus, tapi tolong liat kondisi,” ucap Jean.

“Je, bisa tinggalin gua disini? Gua butuh waktu,” pinta Haidar.

“Bisa, Dar, kalo ada apa apa kabarin gua, ya?”

“Iya, thanks, Je,”

“Sama-sama”

Kemudian Jean pun keluar ruangan dan meninggalkan Haidar seorang diri.

“Ki, maafin gua, ya? Maaf karena gua selalu jahat sama lo, maaf gua belum bisa jadi kakak yang terbaik buat lo… Ki.. mungkin permintaan maaf gua sulit lo terima, tapi gua mohon kasih gua kesempatan buat memperbaiki semuanya, ya? Please wake up, gua janji, gua janji bakal bikin lo bahagia, tapi lo bangun ya, Ki? Hiks, Ki.. Please maafin gua, maafin kakak lo ini.. Ki, kenapa lo ninggalin gua duluan? Katanya lo sayang sama gua, tapi kenapa lo harus pergi? Kenapa?”

Saat ini Haidar hanya bisa menangis melihat keadaan Kia, ia selalu berharap Kia bisa bangun kembali, yang Haidar ingin kan saat ini hanyalah kesempatan. Ia ingin Kia bangun kembali dan membuatnya bahagia, ia hanya ingin membuat Kia bahagia, tapi semesta berkata lain, semesta mengambil Kia disaat Haidar belum bisa membahagiakannya.

Semesta, saya nitip Kia, ya? Tolong jaga Kia disana, bahagiain Kia, jangan seperti saya yang selalu menyakitinya,” batin Haidar.

Pergi

Waktu menunjukkan pukul 20:00 yang dimana Kia masih berada di dalam mimpinya, Clara pun ikut tertidur di samping Kia, sedangkan Reina ia sedang menunggu temannya datang.

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya Rakha dan Jean masuk keruangan Kia dan langsung menghampirinya.

“Rei, gimana keadaan Kia?” tanya Rakha.

“Kia udah baikan kok tadi, ini dia lagi tidur cuman udah lama juga sih tidur nya, kayanya efek obat,” jawab Reina.

Clara yang mendengar suara itu langsung terbangun dari tidur nya.

“Loh kak Rakha sama kak Jean kapan sampe nya?” tanya Clara sambil mengucek pelan matanya.

“Barusan sampe, Clar,” jawab Jean.

“Oh ya btw, emang awalnya gimana? Kenapa Kia bisa masuk ugd?” tanya Rakha kembali.

“Awal nya tuh Kia ke dapur ambil minum, terus dia kepalanya kesakitan, katanya sih sakit banget, terus gue denger suara gelas pecah di dapur yaudah deh gue sama Reina langsung ke dapur terus kita langsung bawa Kia kesini, dan kata dokter tadi Kia gapapa,” jawab Clara dengan jelas.

“Ohh gitu, syukur deh kalo gapapa, tapi ini Kia tidur udah lama?” tanya Rakha kembali.

“Udah lumayan sih kak, atau mau coba di bangunin?” jawab Reina.

“Eh jangan di bangunin, kasian, takutnya dia butuh istirahat,” sambung Jean.

“Iyaa juga sih, yaudah deh kita tunggu aja ya,” balas Reina.

Mereka pun menunggu Kia untuk bangun dari tidur nya.

Setelah beberapa jam kemudian tiba-tiba layar monitoring detak jantung milik Kia berubah menjadi garis lurus, yang menandakan bahwa jantung Kia berhenti.

Jantung Rakha mencelos, menyadari ada yang salah dengan elektrokardiogram milik Kia. Dengan pikiran kalut luar biasa, Rakha segera berlari keluar mencari pertolongan dokter secepat yang ia mampu. Kondisi teman Kia yang lain pun tak jauh berbeda, mereka terus berusaha membangunkan Kia dengan airmata yang mulai berlinang, berharap Kia akan segera bangun dengan senyum yang biasa ia tampilkan di hadapan mereka.

Setelah beberapa menit kemudian dokter pun datang dan langsung memeriksa Kia, Saat ini teman-teman Kia menunggu di luar ruangan sesuai apa yang di pinta oleh dokter tersebut.

Teman-teman Kia ketakutan, mereka khawatir atas apa yang sedang terjadi pada Kia, tak lama kemudian akhirnya dokter keluar dari ruangan Kia dengan muka sedihnya itu.

Rakha yang menyadari hal itu langsung menghampiri dokter.

“Dok, temen saya gapapa kan? Temen saya sadar kan, dok? Dok jawab saya,” ucap Rakha sambil memegang tangan dokter itu.

“Mohon maaf, saya harus menyampaikan ini, pasien bernama Kiara baru saja meninggal dunia, saya dan rekan-rekan saya sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi kehendak berkata lain,” ucap dokter

“Dok, teman saya masih bisa sadar kan dok? Dok.. Hikss,” rintih Rakha yang terjatuh di hadapan dokter itu.

“Maaf, saya permisi,” pamit dokter.

“Kha, bangun.. Kita ke dalem, ya?” ucap Jean sambil memegang kedua tangan Rakha dan membantu Rakha untuk bangkit kembali.

Mereka pun masuk ke dalam ruangan dan menghampiri Kia yang sudah di tutupi oleh kain berwarna putih.

“Ki.. Hiks, kenapa lo pergi duluan? Hah? Kenapa? Lo minta ke kita buat gak ninggalin lo, tapi kenapa lo yang ninggalin kita Ki, kenapa? Ki, please bangun, hiks,” ucap Clara dengan wajah yang penuh tangisannya itu.

“Clar, kenapa Kia ninggalin kita secepet ini, gue gamau Clar, gue masih pengen main sama Kia, gue gamau, hikss,” ucap Reina sambil memeluk Clara dari samping.

“Ki, katanya lo sayang sama gua, katanya lo pengen gua jadi kakak lo, tapi kenapa gini, Ki? Kenapa? Ki, ayo sadar, gua tau lo kuat, lo cewe kuat, Ki.. Please sadar, ya? Hikss,” ucap Rakha dengan tangisannya itu.

“Je, Kia gabakal ninggalin gua kan, Je? Kia bakal jadi adik gua kan? Je, jawab!” ucap Rakha dengan emosi nya sambil memegang kedua pundak Jean.

“Kha, udah, Kia udah gaada, Kia udah ninggalin kita, Kha.. Please lo juga sadar, jangan kaya gini,” balas Jean.

“Je, gua sayang banget Je sama Kia, gua udah nganggep Kia sebagai adik gua, tapi kenapa jadi kaya gini,Je.. Kenapa?”

“Kha! Udah, udah, ya? Gua tau perasaan lo, tapi tolong, ikhlasin Kia, biarin Kia tenang, Kha.. Please, ya?”

“Hiks, Je.. Gua gabisa,”

“Lo bisa, Kha,”

“Je.. Kabarin Haidar, sekarang.”

Saat ini teman-teman Kia hanya bisa menangis melihat Kia dengan kondisi sekarang, mereka benar benar sakit dan merasa kehilangan. Kia memang bukan orang terpenting dalam hidup teman-teman nya, Kia hanyalah wanita yang selalu merasa kesepian dan selalu menyendiri. Selama ini kesakitan yang ia rasakan berakhir disini, di tempat ini.

Pamit

Prangg

Reina dan Clara yang mendengar suara itu langsung menuju ke sumber suara.

“Aww.. Kepala gue..” Kia merintih kesakitan sambil memegang kepalanya.

“Kii, Kiaa.. Lo kenapa? Ki, lo gapapa kan?” ucap Clara dengan panik sambil memegang badan Kia.

“Kepala gue, sakit banget.. Aww,” rintih Kia.

“Rei, panggil ambulan cepet, atau cari taxi ke depan,” ucap Clara.

“Iyaaa, Clar.. Ki, yang kuat yaaa, sebentar gue cariin taxi duluu,” balas Reina dengan panik.

Reina pun pergi ke depan rumah Clara, ia mencari taxi untuk membawa Kia kerumah sakit.

Tak lama kemudian akhirnya taxi datang dan Clara membantu Kia untuk keluar menaiki taxi tersebut.

Di dalam taxi Kia hanya merintih kesakitan, ia memegang kepalanya dengan kedua tangannya itu.

Yaallah, kenapa sesakit ini? Apa gak bisa sakit nya di udahin aja? Aku capek, aku capek ngerasain kesakitan ini.. Aku pengen semuanya berakhir,” batin Kia.

“Ki, sabar yaa tahan dulu, bentar lagi kita sampe, oke?” ucap Clara sambil memegang badan Kia.

“Pak tolong cepetan ya pak,” ucap Reina kepada supir taxi itu.

“Iyaa, mba sabar ya ini lagi macet,” balas supir tersebut.

Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya mereka sampai dirumah sakit, Kia langsung dibawa ke UGD ditemani oleh kedua temannya itu.

Kia langsung di bawa ke ruangan dan kemudian di periksa oleh dokter, kedua temannya itu hanya boleh menunggu di depan ruangan tersebut.

“Rei, gue takut, Kia bakal baik baik aja kan, Reii? Hiks,” ucap Clara ketakutan.

“Semoga Kia baik baik aja ya, Clar,” balas Reina.

“Rei, gue kabarin yang lain dulu ya, sebentar,”

“Okee, Clar,”

Clara pun mengabari teman yang lainnya, ia menelpon Rakha, Jean dan juga Haidar.

Telepon Rakha

Halo kak Rakha, kak dateng ke rumah sakit harapan kita ya, Kia lagi di ugd,”ucap Clara.

Hah? Kia masuk ugd? Kenapa, Clar?

Nanti gue ceritain ya kak, sekarang lo dateng dulu aja kesini,

Oke oke kebetulan gua lagi sama Jean, gua sama Jean otw kesana sekarang, lo yang tenang ya, Clar.

Iyaa kak, hati-hati ya

Okee

Telepon terputus

“Gimana, Clar?” tanya Reina.

“Kak Rakha sama kak Jean otw kesini,”

“Terus kak Haidar?”

“Baru mau gue hubungin”

“Okee cepet, Clar,”

Clara pun menghubungi Haidar.

Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif

“Ah ga aktif lagi, sialan,” ucap Clara dengan kesal.

“Coba sekali lagi,” sambung Reina.

Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif

“Gak aktif juga, Rei,”

“Duh kak Haidar emang ya bego, kemana sih orang itu ah anjir”

“Yaudah kita tunggu aja ya, semoga kak Haidar telepon balik nanti,”

“Iyaa, semoga,”

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya dokter keluar dari ruangan tersebut.

“Dok, gimana keadaan teman saya? Dia baik-baik aja kan?” tanya Clara.

“Teman kalian baik-baik aja, silahkan masuk ke dalam, ada yang ingin di bicarakan oleh pasien,” jawab dokter.

“Terimakasih banyak, dok,” ucap Reina.

“Sama-sama, saya permisi,” pamit dokter.

Akhirnya Clara dan Reina masuk ke ruangan tersebut dan menghampiri Kia.

“Kii.. Akhirnyaaa hiksss,” ucap Clara sambil memeluk Kia pelan.

“Gue gapapa Clar, kan gue kuat hehe,” balas Kia dengan suara lemasnya.

“Ki, kalo kesakitan lagi bilang, ya?” ucap Reina.

“Iyaa, Reii siapp,” “Btw kalian ngabarin ke yang lain?” tanya Kia.

“Udah, Ki.. Gue udah ngabarin kak Jean sama kak Rakha buat kesini, tadi juga udah telepon kak Haidar tapi ga aktif,” jawab Clara.

“Gapapa, dia lagi sibuk, jangan diganggu, ya?” ucap Kia.

“Ki, jangan gitu, gimana pun juga dia kakak lo, dia harus tau keadaan lo,” balas Reina.

“Gapapa, Reina.. Aa cuman mau bahagia, biarin dia bahagia, gue gamau nyusahin dia lagi.. Cukup sampai sini aja gue nyusahinnya, oke? Kalo emang dia ga dateng gapapa, gue ga maksa buat dia dateng kok,” sambung Kia.

Lagi-lagi Kia menangis, air mata nya jatuh ke pipi nya itu, Clara yang melihat hal itu langsung mengusap pipi Kia, “Ki, udah ya, kakak lo pasti dateng, tenang aja, oke?” ucap Clara sambil tersenyum pada Kia.

“Iyaa, Clar,” “Gue mau ngomong boleh?” tanya Kia.

“Boleh, Ki, silahkan lo mau ngomong apa?” tanya Reina kembali.

“Maafin gue ya kalo banyak salah sama kalian, maafin gue kalo selama ini sifat gue selalu ke kanak”an, gue nitip aa ya, tolong jangan benci a idar, gue sayang banget sama kalian,” ucap Kia sambil menahan air matanya.

“Ki, lo ngomong apaan sih anjir, gak lucu,” balas Clara dengan kesal.

“Clar, gue serius ah lo mah, udah ah gue mau tidur, ngantuk,” ucap Kia sambil memejamkan matanya untuk tidur.

“Yaudah tidur, tar gue bangunin pas yang lain dateng,” balas Reina.

Reina dan Clara pun duduk di samping kasur Kia, mereka berdoa pada tuhan agar Kia sembuh dan kembali seperti semula.

Clar,Rei, makasih ya udah mau jadi temen gue, makasih selalu ada buat gue disaat gue kesusahan maupun di saat gue merasa bahagia, makasih udah mau nerima gue sebagai teman kalian, makasih buat semuanya ya, gue nitip aa ke kalian ya,kalian harus lulus sekolah sampai cita-cita kalian tercapai,ya? Maaf gue gabisa nemenin kalian sampai nanti, gue titip salam buat kak Rakha sama kak Jean ya, terutama buat kak Rakha, gue sayang banget sama dia sampe-sampe gue nganggep dia sebagai kakak gue sendiri, ntah kalau gaada dia kayanya gue gabakal sampai saat ini. Haha dunia lucu ya.. Suka banget bikin orang kesakitan, terutama buat gue, tapi gapapa deh, gue sekarang udah gak kesakitan lagi.. Gue pamit, ya? Gue mau tidur, untuk, selamanya?” batin Kia.

Pamit

Prangg

Reina dan Clara yang mendengar suara itu langsung menuju ke sumber suara.

“Aww.. Kepala gue..” Kia merintih kesakitan sambil memegang kepalanya.

“Kii, Kiaa.. Lo kenapa? Ki, lo gapapa kan?” ucap Clara dengan panik sambil memegang badan Kia.

“Kepala gue, sakit banget.. Aww,” rintih Kia.

“Rei, panggil ambulan cepet, atau cari taxi ke depan,” ucap Clara.

“Iyaaa, Clar.. Ki, yang kuat yaaa, sebentar gue cariin taxi duluu,” balas Reina dengan panik.

Reina pun pergi ke depan rumah Clara, ia mencari taxi untuk membawa Kia kerumah sakit.

Tak lama kemudian akhirnya taxi datang dan Clara membantu Kia untuk keluar menaiki taxi tersebut.

Di dalam taxi Kia hanya merintih kesakitan, ia memegang kepalanya dengan kedua tangannya itu.

Yaallah, kenapa sesakit ini? Apa gak bisa sakit nya di udahin aja? Aku capek, aku capek ngerasain kesakitan ini.. Aku pengen semuanya berakhir,” batin Kia.

“Ki, sabar yaa tahan dulu, bentar lagi kita sampe, oke?” ucap Clara sambil memegang badan Kia.

“Pak tolong cepetan ya pak,” ucap Reina kepada supir taxi itu.

“Iyaa, mba sabar ya ini lagi macet,” balas supir tersebut.

Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya mereka sampai dirumah sakit, Kia langsung dibawa ke UGD ditemani oleh kedua temannya itu.

Kia langsung di bawa ke ruangan dan kemudian di periksa oleh dokter, kedua temannya itu hanya boleh menunggu di depan ruangan tersebut.

“Rei, gue takut, Kia bakal baik baik aja kan, Reii? Hiks,” ucap Clara ketakutan.

“Semoga Kia baik baik aja ya, Clar,” balas Reina.

“Rei, gue kabarin yang lain dulu ya, sebentar,”

“Okee, Clar,”

Clara pun mengabari teman yang lainnya, ia menelpon Rakha, Jean dan juga Haidar.

Telepon Rakha

Halo kak Rakha, kak dateng ke rumah sakit harapan kita ya, Kia lagi di ugd,”ucap Clara.

Hah? Kia masuk ugd? Kenapa, Clar?

Nanti gue ceritain ya kak, sekarang lo dateng dulu aja kesini,

Oke oke kebetulan gua lagi sama Jean, gua sama Jean otw kesana sekarang, lo yang tenang ya, Clar.

Iyaa kak, hati-hati ya

Okee

Telepon terputus

“Gimana, Clar?” tanya Reina.

“Kak Rakha sama kak Jean otw kesini,”

“Terus kak Haidar?”

“Baru mau gue hubungin”

“Okee cepet, Clar,”

Clara pun menghubungi Haidar.

Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif

“Ah ga aktif lagi, sialan,” ucap Clara dengan kesal.

“Coba sekali lagi,” sambung Reina.

Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif

“Gak aktif juga, Rei,”

“Duh kak Haidar emang ya bego, kemana sih orang itu ah anjir”

“Yaudah kita tunggu aja ya, semoga kak Haidar telepon balik nanti,”

“Iyaa, semoga,”

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya dokter keluar dari ruangan tersebut.

“Dok, gimana keadaan teman saya? Dia baik-baik aja kan?” tanya Clara.

“Teman kalian baik-baik aja, silahkan masuk ke dalam, ada yang ingin di bicarakan oleh pasien,” jawab dokter.

“Terimakasih banyak, dok,” ucap Reina.

“Sama-sama, saya permisi,” pamit dokter.

Akhirnya Clara dan Reina masuk ke ruangan tersebut dan menghampiri Kia.

“Kii.. Akhirnyaaa hiksss,” ucap Clara sambil memeluk Kia pelan.

“Gue gapapa Clar, kan gue kuat hehe,” balas Kia dengan suara lemasnya.

“Ki, kalo kesakitan lagi bilang, ya?” ucap Reina.

“Iyaa, Reii siapp,” “Btw kalian ngabarin ke yang lain?” tanya Kia.

“Udah, Ki.. Gue udah ngabarin kak Jean sama kak Rakha buat kesini, tadi juga udah telepon kak Haidar tapi ga aktif,” jawab Clara.

“Gapapa, dia lagi sibuk, jangan diganggu, ya?” ucap Kia.

“Ki, jangan gitu, gimana pun juga dia kakak lo, dia harus tau keadaan lo,” balas Reina.

“Gapapa, Reina.. Aa cuman mau bahagia, biarin dia bahagia, gue gamau nyusahin dia lagi.. Cukup sampai sini aja gue nyusahinnya, oke? Kalo emang dia ga dateng gapapa, gue ga maksa buat dia dateng kok,” sambung Kia.

Lagi-lagi Kia menangis, air mata nya jatuh ke pipi nya itu, Clara yang melihat hal itu langsung mengusap pipi Kia, “Ki, udah ya, kakak lo pasti dateng, tenang aja, oke?” ucap Clara sambil tersenyum pada Kia.

“Iyaa, Clar,” “Gue mau ngomong boleh?” tanya Kia.

“Boleh, Ki, silahkan lo mau ngomong apa?” tanya Reina kembali.

“Maafin gue ya kalo banyak salah sama kalian, maafin gue kalo selama ini sifat gue selalu ke kanak”an, gue nitip aa ya, tolong jangan benci a idar, gue sayang banget sama kalian,” ucap Kia sambil menahan air matanya.

“Ki, lo ngomong apaan sih anjir, gak lucu,” balas Clara dengan kesal.

“Clar, gue serius ah lo mah, udah ah gue mau tidur, ngantuk,” ucap Kia sambil memejamkan matanya untuk tidur.

“Yaudah tidur, tar gue bangunin pas yang lain dateng,” balas Reina.

Reina dan Clara pun duduk di samping kasur Kia, mereka berdoa pada tuhan agar Kia sembuh dan kembali seperti semula.

Clar,Rei, makasih ya udah mau jadi temen gue, makasih selalu ada buat gue disaat gue kesusahan maupun di saat gue merasa bahagia, makasih udah mau nerima gue sebagai teman kalian, makasih buat semuanya ya, gue nitip aa ke kalian ya,kalian harus lulus sekolah sampai cita-cita kalian tercapai,ya? Maaf gue gabisa nemenin kalian sampai nanti, gue titip salam buat kak Rakha sama kak Jean ya, terutama buat kak Rakha, gue sayang banget sama dia sampe-sampe gue nganggep dia sebagai kakak gue sendiri, ntah kalau gaada dia kayanya gue gabakal sampai saat ini. Haha dunia lucu ya.. Suka banget bikin orang kesakitan, terutama buat gue, tapi gapapa deh, gue sekarang udah gak kesakitan lagi.. Gue pamit, ya? Gue mau tidur, untuk, selamanya?” batin Kia.

Kiara's story

Clara melangkahkan kaki nya dan menuju ke depan rumah kemudian membukakan pintu untuk Kia.

“Astaga, Ki.. Masuk masukkk,” ucap Clara sambil melihat Kia basah kehujanan.

Clara menuntun Kia untuk masuk ke dalam dan menyuruh Kia duduk terlebih dahulu.

“Ki, lo duduk sini dulu ya, gue buatin air anget dulu buat lo,” ucap Clara.

“Iyaa, Clar.. Makasih ya,” balas Kia.

“Okee,”

Clara pun pergi ke dapur dan menyiapkan air hangat untuk Kia.

“Reii, Reinaa.. Ke ruang tengah dong bawain anduk sama baju buat Kia.” Teriak Clara dari dapur.

“Okeee, sebentarrr,” balas Reina dari kamar.

Jarak kamar Clara dan dapur memang tidak terlalu jauh sehingga Reina bisa mendengar panggilan Clara itu.

Dengan cepat Reina mengambil baju dan handuk untuk Kia dan langsung keluar kamar menghampiri Kia.

“Astaga, Ki.. Lo kenapa bisa basah kaya gini? Emang gak bawa payung? Ga di anter aa lo?” tanya Reina sambil mengusap kepala Kia dengan handuk.

“Rei..” “Diluar hujan, aa gak dirumah, gue naik ojol kesini,” ucap Kia sambil memegang tangan Reina.

“Ki, sorry,” ucap Reina sambil menyisihkan helai rambut Kia yang menghalangi wajahnya.

“Gapapa, Reina,” ucap Kia sambil tersenyum kepada Reina.

“Reii, udah lo kasih handuk nya?” ucap Clara sambil berjalan ke ruang tamu dan membawa air untuk Kia.

“Udah nih,” balas Reina.

“Ki, minum dulu ya, abis itu lo mandi ganti baju biar gak masuk angin,” ucap Clara sambil memberikan gelas pada Kia.

“Iyaa, Clar,” balas Kia.

Akhirnya Kia meminum air hangat yang di buat oleh Clara dan setelah itu ia pergi ke kamar mandi untuk ganti baju.

Setelah beberapa menit kemudian ia kembali lagi menghampiri kedua temannya itu di ruang tengah.

“Ki, ada yang mau di ceritain?” tanya Clara.

“Ada,” jawab Kia.

“Kita ga maksa lo buat cerita kok, Ki.. Kalau emang gamau gapapa,” ucap Reina.

“Gapapa, Rei, gue mau cerita aja.. Gue kadang capek sama keadaan, gue bingung harus jalanin kaya gimana, gue udah lakuin ini itu tapi semuanya gaada yang berubah.. Dari dulu kerjaan gue dirumah cuman dengerin ocehan yang keluar dari mulut aa, semenjak di tinggal sama bokap aa gue selalu cuek sama gue, selalu hindarin gue, dia kaya gak anggep gue adiknya, gue bingung letak kesalahan gue dimana? Gue selalu di salahin sama dia karena gue lahir, dia salahin gue karena gue hadir di dunia ini, kalian tau? Penyebab kematian nyokap gue itu karena gue lahir. Gak seharusnya gue lahir di dunia ini..” Kia merintihkan air matanya.

Saat ini Reina dan Clara hanya bisa mendengarkan apa yang keluar dari mulut Kia, mereka pun terkejut atas apa yang sudah Kia ceritakan. Mereka hanya bisa mengelus pundak Kia untuk membuat Kia tenang.

“Rei, Clar.. Gue harus nya gak lahir kalo kenyataannya kaya gini, gue ga minta buat dilahirin. Gue cuman gamau di salahin kaya gini, hiks.. Aa selalu nyalahin gue atas kepergian nyokap, dia selalu bilang kalau gue ga pantes buat hadir di dunia ini, termasuk soal bokap gue. Bokap pergi karena akibat kecelakaan, dan gue terlibat di situ, gue sama bokap 1 mobil dan yang selamat hanya gue.. Dan kalian tau? Aa gue nyalahin gue atas kecelakaan ini, aa gue bilang gue yang nyelakain bokap, padahal enggak, Rei, Clar. Kalian tau? Penyebab kecelakaan bokap itu kak Eri, pacar nya aa.” Kia merintihkan air matanya kembali.

Lagi lagi cerita ini membuat temannya terkejut, mereka tidak menyangka bahwa ternyata hidup Kia seperti ini, karena yang mereka tau Kia selalu terlihat bahagia dan semuanya baik-baik saja, tapi kenyataannya, enggak.

“Ki, gue gatau harus jawab apa,” ucap Clara sambil mengusap pipi Kia yang sudah dibasahi oleh air matanya itu.

“Clar, biarin gue cerita, ya? Kalian mau respon apa enggak juga gapapa, yang penting kalian tau kehidupan gue yang asli seperti apa,” balas Kia.

Clara dan Reina menganggukkan kepalanya yang menandakan mereka mengerti apa yang Kia ucapkan.

“Lagi-lagi kak Eri yang rusakin keluarga gue, selain kecelakaan bokap, dia juga nyulik gue, gue gatau tujuan dia nyulik tuh apa? Dia mau rebut aa dari gue? Bisa kan pake cara lain? Gue bakal nerima dia kalau emang dia baik sama gue dan sama aa, gue cuman pengen bahagia, Rei, Clar… Apa gabisa gue hidup tenang? Its oke kalau emang aa mau sama kak Eri, tapi tolong posisikan gue sebagai keluarga, bukan teman ataupun musuh. Selama ini aa gasuka sama gue karena gue penyebab bokap sama nyokap meninggal, padahal kenyataannya gak gitu. Gue lahir juga bukan keinginan gue, kalo kenyataannya kaya gini juga gue gak mau buat di lahirin, Rei, Clar.. Gue tau aa lebih bahagia sama kak Eri, tapi apa gak bisa aa memposisikan gue sebagai adik? Gue cuman pengen di hargain.. Hikss,”

Lagi-lagi Kia menangis, ia merasakan kesakitan di hati nya, ia kecewa, capek, dan selalu sakit. Keinginan Kia saat ini hanyalah kebahagiaan, ntah bersama siapa pun itu, yang penting dirinya bahagia.

Reina yang paham situasi saat ini langsung memeluk Kia dan Clara secara bersamaan. Kia menangis di pelukan kedua temannya itu, ia merasakan kehangatan saat ini.

“Ki, lo yang tenang ya.. Gue sama Clara disini, kita bakal temenin lo disaat lo susah, senang, apapun itu. Kita disini, Ki.. Kalau lo butuh kita, kita selalu disini,” ucap Reina sambil mengelus punggung Kia.

“Iyaa, Ki.. Gue sama Reina bakal jaga lo semampu kita, ya? Lo jangan ngerasa sendiri lagi.. Kalau ada apa apa cerita sama kita, jangan suka pendem masalah sendiri, ya?” ucap Clara sambil mengusap kepala Kia.

Kia menganggukkan kepalanya pelan menandakan ia mengerti apa yang temannya bicarakan, setelah itu ia melepaskan pelukan tersebut dan menatap kedua temannya itu sambil tersenyum.

“Gue sayang banget sama kalian, jangan tinggalin gue, ya?” ucap Kia.

“Iyaa, Ki, gue janji gabakal ninggalin lo, oke?” balas Reina.

Kia mengangguk tersenyum.

“Bentar ya, gue ke dapur dulu mau ambil minum,” ucap Kia sambil bangun dari duduknya.

“Biar gue ambilin, Ki.. Lo duduk aja disini,” ucap Clara sambil memegang bahu Kia untuk duduk kembali.

“Gausah, Clar, gue bisa sendiri kok,” balas Kia.

“Yaudah terserah lo,” ucap Clara.

Kia pun bangkit kembali dari duduk nya dan ia menuju ke dapur untuk mengambil minum, saat ia mengambil gelas di lemari atas kompor, ia merasakan kesakitan di kepalanya, hingga tiba-tiba...

Prangg

Kiara's story

Clara melangkahkan kaki nya dan menuju ke depan rumah kemudian membukakan pintu untuk Kia.

“Astaga, Ki.. Masuk masukkk,” ucap Clara sambil melihat Kia basah kehujanan.

Clara menuntun Kia untuk masuk ke dalam dan menyuruh Kia duduk terlebih dahulu.

“Ki, lo duduk sini dulu ya, gue buatin air anget dulu buat lo,” ucap Clara.

“Iyaa, Clar.. Makasih ya,” balas Kia.

“Okee,”

Clara pun pergi ke dapur dan menyiapkan air hangat untuk Kia.

“Reii, Reinaa.. Ke ruang tengah dong bawain anduk sama baju buat Kia.” Teriak Clara dari dapur.

“Okeee, sebentarrr,” balas Reina dari kamar.

Jarak kamar Clara dan dapur memang tidak terlalu jauh sehingga Reina bisa mendengar panggilan Clara itu.

Dengan cepat Reina mengambil baju dan handuk untuk Kia dan langsung keluar kamar menghampiri Kia.

“Astaga, Ki.. Lo kenapa bisa basah kaya gini? Emang gak bawa payung? Ga di anter aa lo?” tanya Reina sambil mengusap kepala Kia dengan handuk.

“Rei..” “Diluar hujan, aa gak dirumah, gue naik ojol kesini,” ucap Kia sambil memegang tangan Reina.

“Ki, sorry,” ucap Reina sambil menyisihkan helai rambut Kia yang menghalangi wajahnya.

“Gapapa, Reina,” ucap Kia sambil tersenyum kepada Reina.

“Reii, udah lo kasih handuk nya?” ucap Clara sambil berjalan ke ruang tamu dan membawa air untuk Kia.

“Udah nih,” balas Reina.

“Ki, minum dulu ya, abis itu lo mandi ganti baju biar gak masuk angin,” ucap Clara sambil memberikan gelas pada Kia.

“Iyaa, Clar,” balas Kia.

Akhirnya Kia meminum air hangat yang di buat oleh Clara dan setelah itu ia pergi ke kamar mandi untuk ganti baju.

Setelah beberapa menit kemudian ia kembali lagi menghampiri kedua temannya itu di ruang tengah.

“Ki, ada yang mau di ceritain?” tanya Clara.

“Ada,” jawab Kia.

“Kita ga maksa lo buat cerita kok, Ki.. Kalau emang gamau gapapa,” ucap Reina.

“Gapapa, Rei, gue mau cerita aja.. Gue kadang capek sama keadaan, gue bingung harus jalanin kaya gimana, gue udah lakuin ini itu tapi semuanya gaada yang berubah.. Dari dulu kerjaan gue dirumah cuman dengerin ocehan yang keluar dari mulut aa, semenjak di tinggal sama bokap aa gue selalu cuek sama gue, selalu hindarin gue, dia kaya gak anggep gue adiknya, gue bingung letak kesalahan gue dimana? Gue selalu di salahin sama dia karena gue lahir, dia salahin gue karena gue hadir di dunia ini, kalian tau? Penyebab kematian nyokap gue itu karena gue lahir. Gak seharusnya gue lahir di dunia ini..” Kia merintihkan air matanya.

Saat ini Reina dan Clara hanya bisa mendengarkan apa yang keluar dari mulut Kia, mereka pun terkejut atas apa yang sudah Kia ceritakan. Mereka hanya bisa mengelus pundak Kia untuk membuat Kia tenang.

“Rei, Clar.. Gue harus nya gak lahir kalo kenyataannya kaya gini, gue ga minta buat dilahirin. Gue cuman gamau di salahin kaya gini, hiks.. Aa selalu nyalahin gue atas kepergian nyokap, dia selalu bilang kalau gue ga pantes buat hadir di dunia ini, termasuk soal bokap gue. Bokap pergi karena akibat kecelakaan, dan gue terlibat di situ, gue sama bokap 1 mobil dan yang selamat hanya gue.. Dan kalian tau? Aa gue nyalahin gue atas kecelakaan ini, aa gue bilang gue yang nyelakain bokap, padahal enggak, Rei, Clar. Kalian tau? Penyebab kecelakaan bokap itu kak Eri, pacar nya aa.” Kia merintihkan air matanya kembali.

Lagi lagi cerita ini membuat temannya terkejut, mereka tidak menyangka bahwa ternyata hidup Kia seperti ini, karena yang mereka tau Kia selalu terlihat bahagia dan semuanya baik-baik saja, tapi kenyataannya, enggak.

“Ki, gue gatau harus jawab apa,” ucap Clara sambil mengusap pipi Kia yang sudah dibasahi oleh air matanya itu.

“Clar, biarin gue cerita, ya? Kalian mau respon apa enggak juga gapapa, yang penting kalian tau kehidupan gue yang asli seperti apa,” balas Kia.

Clara dan Reina menganggukkan kepalanya yang menandakan mereka mengerti apa yang Kia ucapkan.

“Lagi-lagi kak Eri yang rusakin keluarga gue, selain kecelakaan bokap, dia juga nyulik gue, gue gatau tujuan dia nyulik tuh apa? Dia mau rebut aa dari gue? Bisa kan pake cara lain? Gue bakal nerima dia kalau emang dia baik sama gue dan sama aa, gue cuman pengen bahagia, Rei, Clar… Apa gabisa gue hidup tenang? Its oke kalau emang aa mau sama kak Eri, tapi tolong posisikan gue sebagai keluarga, bukan teman ataupun musuh. Selama ini aa gasuka sama gue karena gue penyebab bokap sama nyokap meninggal, padahal kenyataannya gak gitu. Gue lahir juga bukan keinginan gue, kalo kenyataannya kaya gini juga gue gak mau buat di lahirin, Rei, Clar.. Gue tau aa lebih bahagia sama kak Eri, tapi apa gak bisa aa memposisikan gue sebagai adik? Gue cuman pengen di hargain.. Hikss,”

Lagi-lagi Kia menangis, ia merasakan kesakitan di hati nya, ia kecewa, capek, dan selalu sakit. Keinginan Kia saat ini hanyalah kebahagiaan, ntah bersama siapa pun itu, yang penting dirinya bahagia.

Reina yang paham situasi saat ini langsung memeluk Kia dan Clara secara bersamaan. Kia menangis di pelukan kedua temannya itu, ia merasakan kehangatan saat ini.

“Ki, lo yang tenang ya.. Gue sama Clara disini, kita bakal temenin lo disaat lo susah, senang, apapun itu. Kita disini, Ki.. Kalau lo butuh kita, kita selalu disini,” ucap Reina sambil mengelus punggung Kia.

“Iyaa, Ki.. Gue sama Reina bakal jaga lo semampu kita, ya? Lo jangan ngerasa sendiri lagi.. Kalau ada apa apa cerita sama kita, jangan suka pendem masalah sendiri, ya?” ucap Clara sambil mengusap kepala Kia.

Kia menganggukkan kepalanya pelan menandakan ia mengerti apa yang temannya bicarakan, setelah itu ia melepaskan pelukan tersebut dan menatap kedua temannya itu sambil tersenyum.

“Gue sayang banget sama kalian, jangan tinggalin gue, ya?” ucap Kia.

“Iyaa, Ki, gue janji gabakal ninggalin lo, oke?” balas Reina.

Kia mengangguk tersenyum.

“Bentar ya, gue ke dapur dulu mau ambil minum,” ucap Kia sambil bangun dari duduknya.

“Biar gue ambilin, Ki.. Lo duduk aja disini,” ucap Clara sambil memegang bahu Kia untuk duduk kembali.

“Gausah, Clar, gue bisa sendiri kok,” balas Kia.

“Yaudah terserah lo,” ucap Clara.

Kia pun bangkit kembali dari duduk nya dan ia menuju ke dapur untuk mengambil minum, saat ia mengambil gelas di lemari atas kompor ia merasakan kesakitan di kepalanya sehingga membuat gelas itu terjatuh.

Praanngg

Dinner Rumahan

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya Eri kembali dan menghampiri Haidar, Haidar yang melihat nya langsung menaruh hp Eri kembali di meja depannya itu.

“Sayangg, kamu mau makan gakk? Mau makan apaa?” tawar Eri sambil berjalan menghampiri Haidar.

“Hah? Makan apa yaa? Apa aja dehh ngikut kamu,” balas Haidar.

Gua mau nanyain Andra tapi gua lagi males debat sama Eri.. Apa diemin dulu aja ya? Hufftt,” batin Haidar.

“Yaudah aku pesen dulu yaa,” ucap Eri sambil mengambil hp nya di meja.

“Okee,”

Setelah beberapa menit kemudian makanan pun datang dan Eri mengambil makanan tersebut di depan rumah nya.

Ia langsung menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam pada hari itu, kemudian Haidar menghampiri nya dan mereka makan bersama di meja makan rumah Eri.

Bertemu

Eri melangkahkan kaki nya untuk menghampiri Haidar yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya.

Kemudian setelah itu ia membukakan pintu untuk lelakinya itu.

“Haii sayangg,” sapa Haidar yang langsung memeluk pacarnya itu.

“Aaaa kangen bangetttt sama kamuu,” balas Eri dengan pelukannya.

“Aku juga kangen bangettt,” ucap Haidar sambil mengeratkan pelukannya itu.

“Uhuk uhuk, babe udahh lepass, gabisa napas nih aku,”

“Haha iyaiya sorryy, abisnya kangen banget, oh iya nih aku bawa makanan kesukaan kamu,”

“Wahh makasih yaaaa, masuk yuk,”

“Yukk,”

Eri pun masuk ke rumahnya dan disusul oleh Haidar.

“Kamu duduk dulu aja, aku buatin minuman sebentar,” ucap Eri sambil berjalan ke arah dapur.

“Okaayy,” balas Haidar.

Setelah beberapa menit kemudian Eri kembali menghampiri Haidar dan duduk di sebelahnya.

“Kamu ga bawa kendaraan?” tanya Eri sambil memakan makanan yang diberikan Haidar.

“Enggak, aku naik taksi tadi, kaki aku juga masih agak sakit kalo naik kendaraan,” jawab Haidar.

“Ohh gitu, tapi sekarang kalo dipake jalan gak sakit kan?”

“Enggak kok, ini buktinya aku bisa jalan hehe,”

“Iyaa sii haha, oh iya btw adik kamu gimana? Baik?”

“Baik kok, dia juga udh bantu aku buat ajarin jalan,”

“Enak ya kamu punya adik, bisa bantu kamu dalam hal apapun, aku pengen deh punya adik juga,”

“Yaa enak gak enak sih.. Tapi bisa aja Kia kamu jadiin adik? Adik ipar maksudnya haha,”

“Haha bener bener,”

Ogah anjir jadi adik ipar, kalo kakak lo bukan Haidar gabakal gue jadiin lo adik ipar ya, Ki. batin Eri

“Sayang, bentar ya aku ke kamar dulu,” ucap Eri sambil bangun dari duduknya.

“Okeeyy,” balas Haidar.

Eri pun ke kamar nya dan meninggalkan Haidar di ruang tamu seorang diri.

Eri meninggalkan hp nya yang berada di meja tepat di depan Haidar, hp Eri muncul notif dm twitter dari seorang lelaki, Haidar yang menyadari hal itu langsung mengambil hp nya dan membuka layar hp tersebut.

Eri melangkahkan kaki nya untuk menghampiri Haidar yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya.

Kemudian setelah itu ia membukakan pintu untuk lelakinya itu.

“Haii sayangg,” sapa Haidar yang langsung memeluk pacarnya itu.

“Aaaa kangen bangetttt sama kamuu,” balas Eri dengan pelukannya.

“Aku juga kangen bangettt,” ucap Haidar sambil mengeratkan pelukannya itu.

“Uhuk uhuk, babe udahh lepass, gabisa napas nih aku,”

“Haha iyaiya sorryy, abisnya kangen banget, oh iya nih aku bawa makanan kesukaan kamu,”

“Wahh makasih yaaaa, masuk yuk,”

“Yukk,”

Eri pun masuk ke rumahnya dan disusul oleh Haidar.

“Kamu duduk dulu aja, aku buatin minuman sebentar,” ucap Eri sambil berjalan ke arah dapur.

“Okaayy,” balas Haidar.

Setelah beberapa menit kemudian Eri kembali menghampiri Haidar dan duduk di sebelahnya.

“Kamu ga bawa kendaraan?” tanya Eri sambil memakan makanan yang diberikan Haidar.

“Enggak, aku naik taksi tadi, kaki aku juga masih agak sakit kalo naik kendaraan,” jawab Haidar.

“Ohh gitu, tapi sekarang kalo dipake jalan gak sakit kan?”

“Enggak kok, ini buktinya aku bisa jalan hehe,”

“Iyaa sii haha, oh iya btw adik kamu gimana? Baik?”

“Baik kok, dia juga udh bantu aku buat ajarin jalan,”

“Enak ya kamu punya adik, bisa bantu kamu dalam hal apapun, aku pengen deh punya adik juga,”

“Yaa enak gak enak sih.. Tapi bisa aja Kia kamu jadiin adik? Adik ipar maksudnya haha,”

“Haha bener bener,”

Ogah anjir jadi adik ipar, kalo kakak lo bukan Haidar gabakal gue jadiin lo adik ipar ya, Ki. batin Eri