sunflocityy

Berjalan

Dengan terpaksa Kia bangkit dari kasurnya, meski sejujurnya ia enggan beranjak karena ketika bangun tidur tadi, ia merasa kepalanya sedikit sakit berkat kurang istirahat dan fisiknya yang terlalu lelah.

Sudah beberapa hari ini tubuhnya terlalu diforsir untuk terus bekerja tanpa henti. Kia bisa memaklumi kakaknya, karena bagaimana pun Haidar memang membutuhkannya saat ini. Hanya Kia lah satu-satunya keluarga yang Haidar miliki.

“A Idar.” Dengan hati-hati Kia mengetuk pelan pintu kamar Haidar.

“Masuk, Ki,” sambut Haidar dari dalam kamarnya.

Digenggamnya engsel pintu kamar Haidar sebelum diputarnya pelan, kemudian didorongnya perlahan hingga pintu terbuka, menampakan sosok Haidar yang tengah bersandar pada punggung kasur miliknya dengan tangan dan mata yang fokus pada layar ponsel.

Kia meneguk salivanya, kakinya tertahan pada muka pintu, seperti tak ingin melangkah lebih jauh.

“Ngapain lo disitu? Sini lah cepetan! Lo nggak mau ngajarin gua jalan?!” bentak Haidar, membuat Kia menaikan bahunya karena kaget. Dengan segera Kia berjalan mendekati Haidar.

Kia mengulurkan tangannya pada Haidar. “A, coba pelan-pelan aa berdiri.”

Haidar meletakan ponselnya di atas kasur, menyambut uluran tangan Kia dan perlahan bangkit.

“Masih sakit nggak a buat napak?” tanya Kia, memastikan kondisi Haidar.

“Nggak terlalu sih,” jawab Haidar seraya menghentak-hentakan kakinya pelan.

“Coba sekarang aa ngelangkah pelan-pelan,” ucap Kia dengan tangan yang masih menggenggam tangan Haidar.

Haidar menuruti ucapan Kia, dengan hati-hati ia melangkahkan kakinya. Melihat Haidar yang mulai bisa melangkah, perlahan Kia melepaskan pegangannya pada Haidar, membiarkan Haidar berjalan sendiri.

“Ki, gua bisa jalan ki!” pekik Haidar riang.

“Ki liat! Gua bisa ki gua bisa!”

Dengan wajah gembira, Haidar melirik Kia yang berdiri tak jauh darinya, membuat Kia ikut tersenyum lega.

Syukurlah, batin Kia dalam hati.

“Gua harus ngabarin Eri, Ki,” ucap Haidar dengan riang.

Haidar berdiri tidak jauh dari kasurnya, ia langsung mengambil hp nya dan mengabari pacar nya itu.

Kia yang melihat hal tersebut merasa sedih karena Haidar masih saja memprioritaskan pacarnya dibandingkan adiknya sendiri.

Jalan

Kia keluar setelah membereskan kamarnya itu ia langsung menuju ke kamar Haidar.

“Kenapa, a?” tanya Kia sambil membuka pintu kamar Haidar.

“Gua mau belajar jalan, Ki,” Ucap Haidar.

“Mau sekarang, A?” tanya Kia.

“Iya sekarang aja, bantu gua bangun,” jawab Haidar.

“Okee”

Kia pun menghampiri Haidar dan membantu Haidar untuk bangun, ia memapah Haidar dan berjalan ke halaman belakang.

“Disini aja ya, A? Jalannya lurus juga,” Ucap Kia.

“Yaudah, terus gimana?”

“Aa pegang tangan aku dua duanya nanti aa jalan pelan pelan,”

“Ohh gini?” tanya Haidar sambil memegang tangan Kia.

“Iyaa, a.. Yaudah ayo coba jalan pelan-pelan,”

“Okeoke”

“1..2..3”

“Bisa, Ki.. Pelan-pelan, kaki gua yang kanannya sakit,”

“Iyaa ini udah pelan-pelan, kita jalan sampe belakang sana ya”

“Okee”

“Ayo”

1

2

3

“Yeyy sampee,”

“Akhirnya, hufftt capek juga,”

“Masih sakit gak, a?”

“Mendingan sih, Ki.. Besok ajarin gua lagi ya,”

“Okee siap, yaudah sekarang makan sore dulu ya a, sekalian minum obat nya,”

“Oke, gua tunggu sini ya,”

“Oke a,”

Kia pun membantu Haidar untuk duduk dan ia langsung menuju ke dapur menyiapkan makanan untuk Haidar.

Setelah beberapa menit kemudian ia kembali dan langsung memberikan makanan dan obat untuk aa nya itu.

“Nih, a makan dulu,”

“Bubur lagi? Ki, tadi udah bubur masa sekarang bubur lagi? Gua gamau,”

“Di dapur cuman ada ini a, Kia belum masak lagi,”

“Ya lo harusnya masak dong, kalo gua makan bubur terus kapan gua naik berat badannya? Pokoknya gua gamau ya makan bubur lagi,”

“Terus aa mau nya apa? Biar Kia masakin dulu,”

“Gausah, gua mesen go food aja,”

“Aa belum boleh makan makanan dari luar, biar Kia masakin ya, a?”

“Gausah, Ki, gua udah mesen, gua mau ke kamar,”

“Yaudah Kia bantu ya,”

“Gausah, gua bisa sendiri,”

“Tapi kaki aa masih sakit,”

“Gausah, Kia!” “Minggir,” ucap Haidar sambil mendorong badan Kia pelan.

Makanan yang Kia bawa jatuh bersama nya di halaman itu, kemudian Haidar pergi ke kamar dan meninggalkannya sendiri.

A, padahal Kia masak bubur ini tadi buru-buru takut aa laper, eh taunya malah gini, hiks.. Gapapa deh, yang penting aa makan ya,” batin Kia.

Jalan

Kia keluar setelah membereskan kamarnya itu ia langsung menuju ke kamar Haidar.

“Kenapa, a?” tanya Kia sambil membuka pintu kamar Haidar.

“Gua mau belajar jalan, Ki,” Ucap Haidar.

“Mau sekarang, A?” tanya Kia.

“Iya sekarang aja, bantu gua bangun,” jawab Haidar.

“Okee”

Kia pun menghampiri Haidar dan membantu Haidar untuk bangun, ia memapah Haidar dan berjalan ke halaman belakang.

“Disini aja ya, A? Jalannya lurus juga,” Ucap Kia.

“Yaudah, terus gimana?”

“Aa pegang tangan aku dua duanya nanti aa jalan pelan pelan,”

“Ohh gini?” tanya Haidar sambil memegang tangan Kia.

“Iyaa, a.. Yaudah ayo coba jalan pelan-pelan,”

“Okeoke”

“1..2..3”

“Bisa, Ki.. Pelan-pelan, kaki gua yang kanannya sakit,”

“Iyaa ini udah pelan-pelan, kita jalan sampe belakang sana ya”

“Okee”

“Ayo”

1

2

3

“Yeyy sampee,”

“Akhirnya, hufftt capek juga,”

“Masih sakit gak, a?”

“Mendingan sih, Ki.. Besok ajarin gua lagi ya,”

“Okee siap, yaudah sekarang makan sore dulu ya a, sekalian minum obat nya,”

“Oke, gua tunggu sini ya,”

“Oke a,”

Kia pun membantu Haidar untuk duduk dan ia langsung menuju ke dapur menyiapkan makanan untuk Haidar.

Setelah beberapa menit kemudian ia kembali dan langsung memberikan makanan dan obat untuk aa nya itu.

“Nih, a makan dulu,”

“Bubur lagi? Ki, tadi udah bubur masa sekarang bubur lagi? Gua gamau,”

“Di dapur cuman ada ini a, Kia belum masak lagi,”

“Ya lo harusnya masak dong, kalo gua makan bubur terus kapan gua naik berat badannya? Pokoknya gua gamau ya makan bubur lagi,”

“Terus aa mau nya apa? Biar Kia masakin dulu,”

“Gausah, gua mesen go food aja,”

“Aa belum boleh makan makanan dari luar, biar Kia masakin ya, a?”

“Gausah, Ki, gua udah mesen, gua mau ke kamar,”

“Yaudah Kia bantu ya,”

“Gausah, gua bisa sendiri,”

“Tapi kaki aa masih sakit,”

“Gausah, Kia!” “Minggir,” ucap Haidar sambil mendorong badan Kia pelan.

Makanan yang Kia bawa jatuh bersama nya di halaman itu, kemudian Haidar pergi ke kamar dan meninggalkannya sendiri.

A, padahal Kia masak bubur ini tadi buru-buru takut aa laper, eh taunya malah gini, hiks.. Gapapa deh, yang penting aa makan ya,” batin Kia.

Rapat 2

Abian sedang duduk di sekre bersama teman panitia nya, hanya tinggal menunggu beberapa orang lagi untuk memulai rapat pada sore ini.

“Ren, gimana proposal udah lo print?” tanya Abian pada Reno.

“Udah, nih proposal nya, coba lo cek dulu takutnya ada yang salah,” jawab Reno sambil memberikan proposal tersebut.

“Okee, tar gue tanya yang lain dulu untuk dana segini cukup atau gak,” balas Abian.

“Okee siap,” sambung Reno.

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya panitia yang lain sampai di sekre dan Abian langsung memulai rapat tersebut.

“Oke, jadi gini teman-teman.. Untuk acara classmeet nanti kita mulai di tanggal 27 itu pas di hari sabtu jadi kemungkinan gaada jadwal kelas di hari itu, sehingga anak anak bisa ikut serta dalam lomba pada hari itu. Untuk susunan acaranya nanti gue serahin ke Caca, kita mulai dari jam 8 sampai selesai, nanti Caca yang bakal susun dari jam 8 itu kita ngapain aja dan lain lain,” Ucap Abian dengan jelas.

Panitia yang mendengar penjelasan Abian menganggukkan kepalanya yang artinya mereka paham apa yang dijelaskan oleh Abian.

“Untuk Caca, lo ada hambatan gak buat susun acaranya?” tanya Abian.

“Enggak ada Bi, paling nanti gue minta bantuan ke Reno buat nyusun acaranya,” jawab Caca.

“Okee, Reno lo bantu Caca ya,” pinta Abian.

“Siap, Bi,” Balas Reno.

“Abian, gue mau nanya, untuk konsumsi itu mau di buat berapa? Terus untuk panitia konsumsi nya sama atau enggak sama anak yang lainnya?” tanya Rasya.

“Oh iya, gue baru mau nanya itu sama kalian, enaknya isinya sama atau beda? Dan untuk nomina nya sesuai jumlah murid yang ada aja ya, bisa dilebihin juga, karena kalo kurang repot nantinya jadi mending di lebihin, dan kalau emang kelebihan bisa kita kasih ke orang-orang yang lebih membutuhkan,” balas Abian.

“Iya bener banget, terus gue juga ada saran kalau mau isinya samain aja, karena gaenak juga kalo isi nya beda beda,” Sambung Alana.

“Iyaa, takutnya nanti ada siswa yang liat isi makanan kita terus isinya beda, takutnya kita nya doang yang di pandang jelek,” sambung Alysaa.

“Okee, jadi untuk konsumsi isinya sama ya panitia sama siswa, untuk jumlah panitia ada 12 untuk siswa yang ikut lomba belom gue itung lagi, karena formulir perlombaan nya baru di bagiin besok, jadi besok untuk konsumsi siswa yang ikut lomba gue infoin lagi,” ucap Rasya dengan jelas.

“Oke Sya, terus untuk keamanan gimana?” Tanya Abian.

“Untuk keamanan udah aman sih, Bi. Untuk parkiran juga udah di omongin sama petugas di sananya, jadi gaada yang parkir deket lapangan, terus gue juga udah cari anak anak yang buat jaga di kelas nya masing-masing untuk persiapan lomba nya, jadi misal yang lomba anak ipa 1 tar ada perwakilan dari anak ipa 1 yang suruh siswa nya turun kelapangan untuk ikut lomba, kurang lebih gitu sih, Bi,” balas Zidan.

“Ohh oke, gue paham, Zid. Nanti lo konfirmasiin aja ya perwakilan dari setiap kelas nya siapa aja,” sambung Abian.

“Eh gue ada saran,” ucap Sagara sambil mengangkat tangannya, “gimana kalau perwakilan di kelas nya itu ketua kelas aja? Biar lebih kondusif,”

“Boleh tuh gue setuju,” sambung Dinda.

“Oke, jadi untuk perwakilan kelas nya ketua kelas aja ya, terus untuk bendahara coba nih lo liat anggaran yang di proposal ada yang kurang gak?” Tanya Abian sambil memberikan proposal ke bendahara.

“Oke, bentar gue cek dulu,” Balas Sasa.

“Eh ini untuk konsumsi uangnya cukup gak segini? Ada yang mau ditambah atau dikurangin?” Tanya Jenan pada konsumsi.

“Cukup Jen, gue udah cek tadi sama Alysaa, gak ada yang kurang,” jawab Rasya.

“Okee, nih Bi udah cukup, tinggal mintain dana nya aja nanti biar gue bagiin ke anak konsumsi sisanya buat beli peralatan nanti,” Ucap Jenan sambil memberikan proposal ke Abian.

“Oke, jangan lupa ya Jen kalo beli apa apa pake nota,” Pinta Abian.

“Oke siap Bi,” Balas Jenan.

“Oh iya, Bi. Gue mau nanya,” Ucap Naya sambil mengangkat tangannya.

“Iya, Silahkan,” jawab Abian.

“Untuk dokumentasi nanti kan selama acara berlangsung gue siaran langsung ya, itu mending di ig atau di youtube? Terus juga untuk kamera nya kita pake kamera dari sekolah atau dari anak dokumentasi?” Tanya Naya.

“Untuk siaran langsung kayanya lebih enak ig ya, karena anak anak biasanya lebih sering liat ig dari pada youtube, terus untuk kamera itu pake dari sekolah, biar nanti gue yang bilang sama pihak sekolah,” jawab Abian.

“Oke, Bi,” balas Naya.

“Okee, mungkin cukup kali ya untuk rapat hari ini? Udah mau jam 6 juga. Btw Din, lo catet hasil rapat hari ini kan?” Tanya Abian pada Dinda.

“Udah Bi, nanti gue share di grup,” Jawab Dinda.

“Oke kalau gitu, rapat hari ini selesai dan kalian boleh pulang, makasih udah hadir,” ucap Abian.

“Makasih juga, Bi.” “Kita duluan yaa” Ucap anak panitia.

“Okee hati hati kalian,” Balas Abian.

“Oke”

Setelah itu anak panitia pun keluar ruangan satu persatu dan hanya tersisa Alana dan Abian, Alana sedang membereskan kertas yang ada di meja nya dan dimasukkan ke dalam tas nya, sedangkan Abian sedang merapihkan ruangannya dengan menutup jendela dan lain sebagainya.

“Belom pulang lo, Al?” tanya Abian yang sedang menaruh buku di meja.

“Kan gue masih disini, ya belom pulang lah Bi,” jawab Alana.

“Santai aja bro, btw temenin gue ya ke kepsek,”

“Ngapain?”

“Minta duit lah buat classmeet,”

“Sekarang? Besok aja sih, lagian juga guru udah pada pulang, kepsek juga pasti udah pulang,”

“Iya sih, yaudah deh besok, tapi lo temenin gue ya lo kan wakil,”

“Iyaa, Abiann.”

“Yaudah ayo pulang, Al.”

“Oh, lo nungguin gue?”

“Yaudah gue tinggal,”

“Ihh bentar bentar tungguinnn,”

“Haha, iya Alana, gue tungguin.”

“Okee udah, kuyy.”

Alana dan Abian pun meninggalkan sekret setelah membereskannya, mereka langsung pulang dan Abian mengantar Alana terlebih dahulu setelah itu ia pulang kerumahnya.

Pr

Alana keluar kamar nya dan turun ke ruang tamu untuk menghampiri Abian yang sedang duduk menunggunya.

“Is, Abian rese.” Kesal Alana yang langsung duduk di depan Abian.

“Kenapa sih, Al.. Masih pagi udah marah aja.” Balas Abian.

“Ya elo abisnya, buru-buru banget mau kemana kali.” Sambung Alana.

“Yaelah Al.. Abian mau jalan dulu sama lo makanya dateng pagi.” Sahut Juan dari dapur.

“Sotau lo bang.” Jawab Abian.

“Udah ayo lah, Al.” Ajak Abian.

“Udah sana, mumpung masih pagi, sekalian sarapan kalian.” Sahut Juan kembali.

“Bang Juan bawel.” Balas Alana.

Juan hanya tertawa melihat adiknya bersama Abian.

“Bang, gue berangkat ya sama Alana.” Ucap Abian.

“Iyaa, Hati-hati lo bawa motornya, jangan ngebut.” Balas Juan.

“Siap bang.”

Alana dan Abian pun keluar rumah dan langsung berangkat menuju sekolah nya.

Di tengah perjalanan, Abian memberhentikan motornya di pinggir jalan untuk mengajak Alana sarapan.

“Al, sarapan dulu yuk, itu ada bubur disana katanya sih enak.” Ajak Abian sambil menunjuk tukang bubur tersebut.

“Ayo, Bi..” Balas Alana.

“Ayo turun, parkir disini aja, kita nyebrang kesana.”

“Okee.”

Alana pun turun dari motor Abian, mereka berjalan untuk menghampiri tukang bubur yang ada di sebrangnya.

“Bang, bubur nya 2 ya kerupuknya pisahin.” Pinta Abian.

“Siap, mas.” Jawab tukang bubur.

Setelah beberapa menit kemudian mereka telah selesai sarapan dan pergi kembali ke sekolahnya.

“Al, ke sekre dulu.” Ucap Abian sambil melepaskan helm nya.

“Ngapain, Bi?” Tanya Alana sambil turun dari motor Abian.

“Tidur.”

“Abian, serius.. Mau ngapain? Ini juga udah mau masuk.”

“Kelas gue belom masuk, Alana.”

“Yaudah lo aja ke sekre, gue ke kelas ya.”

“Temenin gue.”

“Ngapain, Bi? Gue ga ngapa-ngapain di sekre.”

“Yaudah nanti sore rapat.”

“Dadakan banget?”

“Makanya baca grup, Alana.”

“Gak sempet, yaudah tar gue ke sekre balik sekolah.”

“Oke.”

“Gue duluan ya, Bi..”

“Iya, Al.”

Alana pun meninggalkan Abian di parkiran dan ia menuju ke kelas nya.

“Sasaaaaa” Panggil Alana sambil berjalan ke arah Savira.

“Kenapaa, Al? Gue lagi kerjain pr nih.” Balas Sasa.

“Hah? Pr apaan anjir?” Tanya Alana sambil mengambil buku milik Sasa.

“Is, gue belom kelar, Alana..”

“Pr apaan emang.”

“Ini fisika, lo udah belom?”

“Belom sih, hehe.. Btw liat dongg”

“Nih, punya si Naufal.”

“Dih, tumben rajin tuh anak.”

“Nyontek juga kali dia”

“Haha bisa jadi.. Yaudah gue juga kerjain deh.”

“Lo tumben Al belum kerjain, biasanya gercep.”

“Iya, ga sempet gue..”

“Oh iya kan lo abis nonton makanya ga kerjain tugas.”

“Sialan lo haha”

Saat ini Alana dan Sasa mengerjakan pr fisika nya sambil mengobrol tertawa bersama.

Pr

Alana keluar kamar nya dan turun ke ruang tamu untuk menghampiri Abian yang sedang duduk menunggunya.

“Is, Abian rese.” Kesal Alana yang langsung duduk di depan Abian.

“Kenapa sih, Al.. Masih pagi udah marah aja.” Balas Abian.

“Ya elo abisnya, buru-buru banget mau kemana kali.” Sambung Alana.

“Yaelah Al.. Abian mau jalan dulu sama lo makanya dateng pagi.” Sahut Juan dari dapur.

“Sotau lo bang.” Jawab Abian.

“Udah ayo lah, Al.” Ajak Abian.

“Udah sana, mumpung masih pagi, sekalian sarapan kalian.” Sahut Juan kembali.

“Bang Juan bawel.” Balas Alana.

Juan hanya tertawa melihat adiknya bersama Abian.

“Bang, gue berangkat ya sama Alana.” Ucap Abian.

“Iyaa, Hati-hati lo bawa motornya, jangan ngebut.” Balas Juan.

“Siap bang.”

Alana dan Abian pun keluar rumah dan langsung berangkat menuju sekolah nya.

Di tengah perjalanan, Abian memberhentikan motornya di pinggir jalan untuk mengajak Alana sarapan.

“Al, sarapan dulu yuk, itu ada bubur disana katanya sih enak.” Ajak Abian sambil menunjuk tukang bubur tersebut.

“Ayo, Bi..” Balas Alana.

“Ayo turun, parkir disini aja, kita nyebrang kesana.”

“Okee.”

Alana pun turun dari motor Abian, mereka berjalan untuk menghampiri tukang bubur yang ada di sebrangnya.

“Bang, bubur nya 2 ya kerupuknya pisahin.” Pinta Abian.

“Siap, mas.” Jawab tukang bubur.

Setelah beberapa menit kemudian mereka telah selesai sarapan dan pergi kembali ke sekolahnya.

“Al, ke sekre dulu.” Ucap Abian sambil melepaskan helm nya.

“Ngapain, Bi?” Tanya Alana sambil turun dari motor Abian.

“Tidur.”

“Abian, serius.. Mau ngapain? Ini juga udah mau masuk.”

“Kelas gue belom masuk, Alana.”

“Yaudah lo aja ke sekre, gue ke kelas ya.”

“Temenin gue.”

“Ngapain, Bi? Gue ga ngapa-ngapain di sekre.”

“Yaudah nanti sore rapat.”

“Dadakan banget?”

“Makanya baca grup, Alana.”

“Gak sempet, yaudah tar gue ke sekre balik sekolah.”

“Oke.”

“Gue duluan ya, Bi..”

“Iya, Al.”

Alana pun meninggalkan Abian di parkiran dan ia menuju ke kelas nya.

“Sasaaaaa” Panggil Alana sambil berjalan ke arah Savira.

“Kenapaa, Al? Gue lagi kerjain pr nih.” Balas Sasa.

“Hah? Pr apaan anjir?” Tanya Alana sambil mengambil buku milik Sasa.

“Is, gue belom kelar, Alana..”

“Pr apaan emang.”

“Ini fisika, lo udah belom?”

“Belom sih, hehe.. Btw liat dongg”

“Nih, punya si Naufal.”

“Dih, tumben rajin tuh anak.”

“Nyontek juga kali dia”

“Haha bisa jadi.. Yaudah gue juga kerjain deh.”

“Lo tumben Al belum kerjain, biasanya gercep.”

“Iya, ga sempet gue..”

“Oh iya kan lo abis nonton makanya ga kerjain tugas.”

“Sialan lo haha”

Saat ini Alana dan Sasa mengerjakan pr fisika nya sambil mengobrol tertawa bersama.

Pr

Alana keluar kamar nya dan turun ke ruang tamu untuk menghampiri Abian yang sedang duduk menunggunya.

“Is, Abian rese.” Kesal Alana yang langsung duduk di depan Abian.

“Kenapa sih, Al.. Masih pagi udah marah aja.” Balas Abian.

“Ya elo abisnya, buru-buru banget mau kemana kali.” Sambung Alana.

“Yaelah Al.. Abian mau jalan dulu sama lo makanya dateng pagi.” Sahut Juan dari dapur.

“Sotau lo bang.” Jawab Abian.

“Udah ayo lah, Al.” Ajak Abian.

“Udah sana, mumpung masih pagi, sekalian sarapan kalian.” Sahut Juan kembali.

“Bang Juan bawel.” Balas Alana.

Juan hanya tertawa melihat adiknya bersama Abian.

“Bang, gue berangkat ya sama Alana.” Ucap Abian.

“Iyaa, Hati-hati lo bawa motornya, jangan ngebut.” Balas Juan.

“Siap bang.”

Alana dan Abian pun keluar rumah dan langsung berangkat menuju sekolah nya.

Di tengah perjalanan, Abian memberhentikan motornya di pinggir jalan untuk mengajak Alana sarapan.

“Al, sarapan dulu yuk, itu ada bubur disana katanya sih enak.” Ajak Abian sambil menunjuk tukang bubur tersebut.

“Ayo, Bi..” Balas Alana.

“Ayo turun, parkir disini aja, kita nyebrang kesana.”

“Okee.”

Alana pun turun dari motor Abian, mereka berjalan untuk menghampiri tukang bubur yang ada di sebrangnya.

“Bang, bubur nya 2 ya kerupuknya pisahin.” Pinta Abian.

“Siap, mas.” Jawab tukang bubur.

Setelah beberapa menit kemudian mereka telah selesai sarapan dan pergi kembali ke sekolahnya.

“Al, ke sekre dulu.” Ucap Abian sambil melepaskan helm nya.

“Ngapain, Bi?” Tanya Alana sambil turun dari motor Abian.

“Tidur.”

“Abian, serius.. Mau ngapain? Ini juga udah mau masuk.”

“Kelas gue belom masuk, Alana.”

“Yaudah lo aja ke sekre, gue ke kelas ya.”

“Temenin gue.”

“Ngapain, Bi? Gue ga ngapa-ngapain di sekre.”

“Yaudah nanti sore rapat.”

“Dadakan banget?”

“Makanya baca grup, Alana.”

“Gak sempet, yaudah tar gue ke sekre balik sekolah.”

“Oke.”

“Gue duluan ya, Bi..”

“Iya, Al.”

Alana pun meninggalkan Abian di parkiran dan ia menuju ke kelas nya.

“Sasaaaaa” Panggil Alana sambil berjalan ke arah Savira.

“Kenapaa, Al? Gue lagi kerjain pr nih.” Balas Sasa.

“Hah? Pr apaan anjir?” Tanya Alana sambil mengambil buku milik Sasa.

“Is, gue belom kelar, Alana..”

“Pr apaan emang.”

“Ini fisika, lo udah belom?”

“Belom sih, hehe.. Btw liat dongg”

“Nih, punya si Naufal.”

“Dih, tumben rajin tuh anak.”

“Nyontek juga kali dia”

“Haha bisa jadi.. Yaudah gue juga kerjain deh.”

“Lo tumben Al belum kerjain, biasanya gercep.”

“Iya, ga sempet gue..”

“Oh iya kan lo abis nonton makanya ga kerjain tugas.”

“Sialan lo haha”

Saat ini Alana dan Sasa mengerjakan pr fisika nya sambil mengobrol tertawa bersama.

Pr

Alana keluar kamar nya dan turun ke ruang tamu untuk menghampiri Abian yang sedang duduk menunggunya.

“Is, Abian rese.” Kesal Alana yang langsung duduk di depan Abian.

“Kenapa sih, Al.. Masih pagi udah marah aja.” Balas Abian.

“Ya elo abisnya, buru-buru banget mau kemana kali.” Sambung Alana.

“Yaelah Al.. Abian mau jalan dulu sama lo makanya dateng pagi.” Sahut Juan dari dapur.

“Sotau lo bang.” Jawab Abian.

“Udah ayo lah, Al.” Ajak Abian.

“Udah sana, mumpung masih pagi, sekalian sarapan kalian.” Sahut Juan kembali.

“Bang Juan bawel.” Balas Alana.

Juan hanya tertawa melihat adiknya bersama Abian.

“Bang, gue berangkat ya sama Alana.” Ucap Abian.

“Iyaa, Hati-hati lo bawa motornya, jangan ngebut.” Balas Juan.

“Siap bang.”

Alana dan Abian pun keluar rumah dan langsung berangkat menuju sekolah nya.

Di tengah perjalanan, Abian memberhentikan motornya di pinggir jalan untuk mengajak Alana sarapan.

“Al, sarapan dulu yuk, itu ada bubur disana katanya sih enak.” Ajak Abian sambil menunjuk tukang bubur tersebut.

“Ayo, Bi..” Balas Alana.

“Ayo turun, parkir disini aja, kita nyebrang kesana.”

“Okee.”

Alana pun turun dari motor Abian, mereka berjalan untuk menghampiri tukang bubur yang ada di sebrangnya.

“Bang, bubur nya 2 ya kerupuknya pisahin.” Pinta Abian.

“Siap, mas.” Jawab tukang bubur.

Setelah beberapa menit kemudian mereka telah selesai sarapan dan pergi kembali ke sekolahnya.

“Al, ke sekre dulu.” Ucap Abian sambil melepaskan helm nya.

“Ngapain, Bi?” Tanya Alana sambil turun dari motor Abian.

“Tidur.”

“Abian, serius.. Mau ngapain? Ini juga udah mau masuk.”

“Kelas gue belom masuk, Alana.”

“Yaudah lo aja ke sekre, gue ke kelas ya.”

“Temenin gue.”

“Ngapain, Bi? Gue ga ngapa-ngapain di sekre.”

“Yaudah nanti sore rapat.”

“Dadakan banget?”

“Makanya baca grup, Alana.”

“Gak sempet, yaudah tar gue ke sekre balik sekolah.”

“Oke.”

“Gue duluan ya, Bi..”

“Iya, Al.”

Alana pun meninggalkan Abian di parkiran dan ia menuju ke kelas nya.

“Sasaaaaa” Panggil Alana sambil berjalan ke arah Savira.

“Kenapaa, Al? Gue lagi kerjain pr nih.” Balas Sasa.

“Hah? Pr apaan anjir?” Tanya Alana sambil mengambil buku milik Sasa.

“Is, gue belom kelar, Alana..”

“Pr apaan emang.”

“Ini fisika, lo udah belom?”

“Belom sih, hehe.. Btw liat dongg”

“Nih, punya si Naufal.”

“Dih, tumben rajin tuh anak.”

“Nyontek juga kali dia”

“Haha bisa jadi.. Yaudah gue juga kerjain deh.”

“Lo tumben Al belum kerjain, biasanya gercep.”

“Iya, ga sempet gue..”

“Oh iya kan lo abis nonton makanya ga kerjain tugas.”

“Sialan lo haha”

Saat ini Alana dan Sasa mengerjakan pr fisika nya sambil mengobrol tertawa bersama.

Pr

Alana keluar kamar nya dan turun ke ruang tamu untuk menghampiri Abian yang sedang duduk menunggunya.

“Is, Abian rese.” Kesal Alana yang langsung duduk di depan Abian.

“Kenapa sih, Al.. Masih pagi udah marah aja.” Balas Abian.

“Ya elo abisnya, buru-buru banget mau kemana kali.” Sambung Alana.

“Yaelah Al.. Abian mau jalan dulu sama lo makanya dateng pagi.” Sahut Juan dari dapur.

“Sotau lo bang.” Jawab Abian.

“Udah ayo lah, Al.” Ajak Abian.

“Udah sana, mumpung masih pagi, sekalian sarapan kalian.” Sahut Juan kembali.

“Bang Juan bawel.” Balas Alana.

Juan hanya tertawa melihat adiknya bersama Abian.

“Bang, gue berangkat ya sama Alana.” Ucap Abian.

“Iyaa, Hati-hati lo bawa motornya, jangan ngebut.” Balas Juan.

“Siap bang.”

Alana dan Abian pun keluar rumah dan langsung berangkat menuju sekolah nya.

Di tengah perjalanan, Abian memberhentikan motornya di pinggir jalan untuk mengajak Alana sarapan.

“Al, sarapan dulu yuk, itu ada bubur disana katanya sih enak.” Ajak Abian sambil menunjuk tukang bubur tersebut.

“Ayo, Bi..” Balas Alana.

“Ayo turun, parkir disini aja, kita nyebrang kesana.”

“Okee.”

Alana pun turun dari motor Abian, mereka berjalan untuk menghampiri tukang bubur yang ada di sebrangnya.

“Bang, bubur nya 2 ya kerupuknya pisahin.” Pinta Abian.

“Siap, mas.” Jawab tukang bubur.

Setelah beberapa menit kemudian mereka telah selesai sarapan dan pergi kembali ke sekolahnya.

“Al, ke sekre dulu.” Ucap Abian sambil melepaskan helm nya.

“Ngapain, Bi?” Tanya Alana sambil turun dari motor Abian.

“Tidur.”

“Abian, serius.. Mau ngapain? Ini juga udah mau masuk.”

“Kelas gue belom masuk, Alana.”

“Yaudah lo aja ke sekre, gue ke kelas ya.”

“Temenin gue.”

“Ngapain, Bi? Gue ga ngapa-ngapain di sekre.”

“Yaudah nanti sore rapat.”

“Dadakan banget?”

“Makanya baca grup, Alana.”

“Gak sempet, yaudah tar gue ke sekre balik sekolah.”

“Oke.”

“Gue duluan ya, Bi..”

“Iya, Al.”

Alana pun meninggalkan Abian di parkiran dan ia menuju ke kelas nya.

“Sasaaaaa” Panggil Alana sambil berjalan ke arah Savira.

“Kenapaa, Al? Gue lagi kerjain pr nih.” Balas Sasa.

“Hah? Pr apaan anjir?” Tanya Alana sambil mengambil buku milik Sasa.

“Is, gue belom kelar, Alana..”

“Pr apaan emang.”

“Ini fisika, lo udah belom?”

“Belom sih, hehe.. Btw liat dongg”

“Nih, punya si Naufal.”

“Dih, tumben rajin tuh anak.”

“Nyontek juga kali dia”

“Haha bisa jadi.. Yaudah gue juga kerjain deh.”

“Lo tumben Al belum kerjain, biasanya gercep.”

“Iya, ga sempet gue..”

“Oh iya kan lo abis nonton makanya ga kerjain tugas.”

“Sialan lo haha”

Saat ini Alana dan Sasa mengerjakan pr fisika nya sambil mengobrol tertawa bersama.

Pagi Hari

Pukul 08:00 Wib.

Saat ini Kia masih terlelap dalam mimpi nya, sedangkan Haidar ia sudah terbangun dari tidur nya itu.

Ia sangat lapar, yang Haidar lakukan saat ini hanya mengirim pesan pada Kia bahwa dirinya ingin makan, tetapi Kia tidak membalas nya sehingga membuat Haidar terus menerus menelpon Kia.

“Is, Kia lo kemana sih, gua laper” Ucap Haidar dengan kesal sambil menelpon Kia berulang kali.

“Ah sialan, masa iya gua harus teriak-teriak.” “Tapi coba deh..”

“Kii” “Kiaaa” “Kii gua laper”

Disaat Haidar memanggil Kia untuk yang ketiga kalinya akhirnya Kia bangun dari tidur nya itu.

“Hoaamzzz” “A Idar berisik banget sih, masih pagi padahal..” Ucap Kia sambil membuka matanya perlahan.

“Emang sekarang jam berapa sih?” Tanya Kia pada dirinya sendiri.

Kemudian ia langsung mengambil hp nya dan melihat jam yang ada di layar hp nya itu.

“Hah? Jam 8? Anjir gue telat bangun.. Pantes aa teriak mulu.. Sampe telfon banyak banget.. Haduhhh ada ada aja Kiaaa..”

Kia pun langsung berlari keluar kamar nya dan menghampiri Haidar.

“Aa.. Maaf Kia baru bangun.” Ucap Kia yang sedang berdiri di pintu kamar Haidar.

“Mimpi apa sih sampe kesiangan gini? Gua laper, Ki..”

“Iyaa a, maaf.. Kia ke dapur ya bikin makan dulu.”

“Yaudah cepet”

“Iyaa a.”

Kia pun berjalan ke dapur dan memasak makanan untuk Haidar.

Setelah beberapa menit kemudian Kia pun kembali ke kamar Haidar membawa makanan dan obat untuk nya.

“Nih a, makan dulu abis makan minum obat.” Ucap Kia sambil memberikan makanan tersebut.

“Thanks, Ki..”

“Sama-sama, a..” “A, Kia ke kamar dulu ya, nanti kesini lagi kalo makannya udah selesai.”

“Oke.”

Kia pun bangun dari duduk nya dan berjalan keluar kamar Haidar, belum sempat menutup pintu kamar, Haidar memanggilnya kembali.

“Ki, bentar”

“Kenapa, a?”

“Ambilin hp gua dong di ruang tamu, semalem lupa gua ambil.”

“Dimana nya?”

“Coba cari aja, di meja atau di bangku.”

“Yaudah, bentar Kia cari dulu.”

“Okee”

Kia pun berjalan kembali dan menutup pintu kamar Haidar, ia pun pergi ke ruang tamu untuk mengambil hp Haidar.

“Mana sih, kok gaada.. Katanya di bangku atau meja tapi ini kosong..” Ucap Kia sambil mencari hp itu.

Kia pun pergi kembali ke kamar Haidar.

“A, gaada hp nya.” Ucap Kia sambil membuka pintu kamar Haidar.

“Di bangku gaada?”

“Gaada”

“Kok gaada sih..”

“Ya mana Kia tau..”

“Ohh ini ada disini Ki, hehe lupa gua tadi..” Ucap Haidar sambil memegang hp nya itu.

“Is apaan sih, tadi katanya di ruang tengah.”

“Ya gua lupa, Ki.. Sorry”

“Yaudah, Kia mau balik ke kamar.”

“Yaudah sono, tutup lagi pintunya.”

“Iya.”

Kia pun menutup kembali pintu kamar Haidar dan langsung berjalan menuju kamar nya.

Jadi orang jangan suka mau disuruh, Ki.. Lo nya juga nurut aja sih..” batin Haidar.