sunflocityy

Surprise

“Babe, pulang yuk udah malem,” ajak Arka pada Zean yang sedang menghabiskan makanannya.

“Ih bentar duluu ini belum abiss,” balas Zean sambil menunjuk makanannya.

“Udah malem sayangg, nanti adik-adik kamu nyariin,”

“Ih udah mereka mah biarin aja, paling juga lagi pada main game, kita disini dulu aja. Lagian kamu mau kemana sih buru-buru aja orang baru ketemu juga, emang kamu gak kangen sama aku?”

“Yaa kangen, kan bisa besok lagi, kamu juga harus istirahat sekarang, pasti capek kan tadi lari lari di bandara,”

“Hmm iyaa sih, yaudah deh ayok,”

“Yaudah aku bayar dulu ya, kamu ke mobil aja duluan,”

“Okey,”

Arka pun membayar makanan tersebut dan Zean pergi ke mobil seorang diri, kemudian ia menyalakan mobil untuk menyalakan ac terlebih dahulu.

Setelah beberapa menit kemudian Arka pun datang dan langsung masuk ke dalam mobil, setelah itu ia melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

“Kamu nanti mau langsung pulang?” tanya Zean.

“Main dulu paling sama anak anak,” jawab Arka yang sedang fokus menyetir.

“Ohh okeeyy,”

Setelah beberapa jam di perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah Zean.

“Sampe nih, ayo turun,” ajak Arka sambil melepaskan sabuk pengamannya.

Saat ini Zean hanya terdiam tidak membalas ajakan dari Arka.

“Ze ayo turun,”

Arka yang menyadari hal itu langsung menoleh ke arah Zean.

“Yaampun tidur ternyata, Ze bangun udah sampee,” ucap Arka sambil mengelus kepala Zean.

“Heemm,” “Udah sampe yaa? Hoaaammm,”

“Haha, iyaa udah sampe, capek banget yaa?”

“Lumayan sih hehe, yaudah yuk,”

“Ayo,”

Akhirnya mereka pun turun dari mobil dan langsung masuk kerumah, Arka menuntun Zean untuk masuk ke kamar nya.

“Sayang, aku ke kamar dulu ya? Kamu tunggu sini aja,” pinta Zean.

“Okeeyy,” balas Arka.

Zean pun membuka pintu kamar nya dan..

“Dorrrr”

“Surpriseeeeee”

“Yeyyyyyy happy birthdayy kak Zeaannnn”

Zean mematung di pintu, ia terkejut melihat kejadian tersebut, ia tidak menyadari hal ini, bahkan dirinya sendiri pun tidak sadar bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya.

“Loh? Kalian inget ulang tahun gue? Serius? Ini bukan mimpi kan?” Zean bertanya tanya kepada adiknya itu.

“Enggak kak, ini bukan mimpi, kita inget ulang tahun lo, ini juga rencana dari bang Arka,” jawab Jeviar sambil melirik ke Arka.

Zean menoleh kepada Arka, “Ka, serius? Kamu yang rencanain ini?” tanya Zean.

“Heem, aku yang rencanain semuanya, kamu tau gak? Aku pulang ke indo cuman mau rayain ini buat kamu, makanya kenapa aku ga bilang ke kamu, karena ini surprise, Ze,” jawab Arka.

“Arka… Hikss,”

Zean menghampiri Arka dan langsung memeluk Arka dengan erat.

“Makasih yaa sayangg, aku ga kepikiran soal ini, aku aja gatau kalau hari ini aku ultah hiks,” ucap Zean sambil menangis di pelukan Arka.

“Iyaa sayang, sama sama, jangan nangis dongg, masa ulang tahun malah nangis,” balas Arka dengan pelukannya itu.

“Ekheemmm,” Heksa berdehem.

“Asik yee pelukan di depan kitaa,” ledek Najendra.

“Haha sorry sorry,” balas Arka sambil melepaskan pelukannya.

“Yeee iri aje lo bocill,” ledek Zean kembali.

“Kak mending lo tiup dulu deh nih lilin nya, keburu meleleh nanti,” ucap Jeviar sambil memberikan kue kepada Zean.

“Oh iya lupa lupa, make a wish dulu yaa,” “Huff,” “Yeyyyyy, thanks yaaaa guysss,” ucap Zean sambil tersenyum kepada adik-adiknya.

“Oh iya nih kak balon buat lo, tempel di kamar sono, tadi gue mau nempel tapi lo keburu dateng,” ucap Reza sambil memberikan balon tersebut.

“Loh kok? 23?” tanya Zean.

“Loh, emang 23 kan?” tanya Reza kembali.

“Weh 22 anjir, siapa itu yang belii?” tanya Arka.

“Gue sama Najen hehe,” balas Jeviar sambil mengarukkan kepalanya.

“Yahh, Jevv kan gue bilang 22 bukan 23,” ucap Arka.

“Yaudah yaudah gapapaa, yang penting kan gue dirayain nya sekarang, bukan pas 23, ya gakk?” sambung Zean.

“Sorry ya kakk, tadi gue sama Najen lupaa angka berapanya, jadinya kita beli yang 23 deh,” ucap Jeviar.

“Gapapa Jev, yaudah mending sekarang potong kuenya, gue siapin dulu piringnya ya, kalian duduk aja disana,” ucap Zean sambil berjalan menuju ke arah dapur.

“Okeeyy,”

Mereka pun duduk di ruang tengah, kemudian Zean kembali membawa piring untuk makan kue bersama, setelah itu ia segera membagi kuenya dan diberikan kepada Arka dan yang lainnya.

Setelah beberapa jam kemudian akhirnya mereka selesai makan dan Arka pun pulang kerumahnya.

Surprise

“Babe, pulang yuk udah malem,” ajak Arka pada Zean yang sedang menghabiskan makanannya.

“Ih bentar duluu ini belum abiss,” balas Zean sambil menunjuk makanannya.

“Udah malem sayangg, nanti adik-adik kamu nyariin,”

“Ih udah mereka mah biarin aja, paling juga lagi pada main game, kita disini dulu aja. Lagian kamu mau kemana sih buru-buru aja orang baru ketemu juga, emang kamu gak kangen sama aku?”

“Yaa kangen, kan bisa besok lagi, kamu juga harus istirahat sekarang, pasti capek kan tadi lari lari di bandara,”

“Hmm iyaa sih, yaudah deh ayok,”

“Yaudah aku bayar dulu ya, kamu ke mobil aja duluan,”

“Okey,”

Arka pun membayar makanan tersebut dan Zean pergi ke mobil seorang diri, kemudian ia menyalakan mobil untuk menyalakan ac terlebih dahulu.

Setelah beberapa menit kemudian Arka pun datang dan langsung masuk ke dalam mobil, setelah itu ia melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

“Kamu nanti mau langsung pulang?” tanya Zean.

“Main dulu paling sama anak anak,” jawab Arka yang sedang fokus menyetir.

“Ohh okeeyy,”

Setelah beberapa jam di perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah Zean.

“Sampe nih, ayo turun,” ajak Arka sambil melepaskan sabuk pengamannya.

Saat ini Zean hanya terdiam tidak membalas ajakan dari Arka.

“Ze ayo turun,”

Arka yang menyadari hal itu langsung menoleh ke arah Zean.

“Yaampun tidur ternyata, Ze bangun udah sampee,” ucap Arka sambil mengelus kepala Zean.

“Heemm,” “Udah sampe yaa? Hoaaammm,”

“Haha, iyaa udah sampe, capek banget yaa?”

“Lumayan sih hehe, yaudah yuk,”

“Ayo,”

Akhirnya mereka pun turun dari mobil dan langsung masuk kerumah, Arka menuntun Zean untuk masuk ke kamar nya.

“Sayang, aku ke kamar dulu ya? Kamu tunggu sini aja,” pinta Zean.

“Okeeyy,” balas Arka.

Zean pun membuka pintu kamar nya dan..

“Dorrrr”

“Surpriseeeeee”

“Yeyyyyyy happy birthdayy kak Zeaannnn”

Zean mematung di pintu, ia terkejut melihat kejadian tersebut, ia tidak menyadari hal ini, bahkan dirinya sendiri pun tidak sadar bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya.

“Loh? Kalian inget ulang tahun gue? Serius? Ini bukan mimpi kan?” Zean bertanya tanya kepada adiknya itu.

“Enggak kak, ini bukan mimpi, kita inget ulang tahun lo, ini juga rencana dari bang Arka,” jawab Jeviar sambil melirik ke Arka.

Zean menoleh kepada Arka, “Ka, serius? Kamu yang rencanain ini?” tanya Zean.

“Heem, aku yang rencanain semuanya, kamu tau gak? Aku pulang ke indo cuman mau rayain ini buat kamu, makanya kenapa aku ga bilang ke kamu, karena ini surprise, Ze,” jawab Arka.

“Arka… Hikss,”

Zean menghampiri Arka dan langsung memeluk Arka dengan erat.

“Makasih yaa sayangg, aku ga kepikiran soal ini, aku aja gatau kalau hari ini aku ultah hiks,” ucap Zean sambil menangis di pelukan Arka.

“Iyaa sayang, sama sama, jangan nangis dongg, masa ulang tahun malah nangis,” balas Arka dengan pelukannya itu.

“Ekheemmm,” Heksa berdehem.

“Asik yee pelukan di depan kitaa,” ledek Najendra.

“Haha sorry sorry,” balas Arka sambil melepaskan pelukannya.

“Yeee iri aje lo bocill,” ledek Zean kembali.

“Kak mending lo tiup dulu deh nih lilin nya, keburu meleleh nanti,” ucap Jeviar sambil memberikan kue kepada Zean.

“Oh iya lupa lupa, make a wish dulu yaa,” “Huff,” “Yeyyyyy, thanks yaaaa guysss,” ucap Zean sambil tersenyum kepada adik-adiknya.

“Oh iya nih kak balon buat lo, tempel di kamar sono, tadi gue mau nempel tapi lo keburu dateng,” ucap Reza sambil memberikan balon tersebut.

“Loh kok? 23?” tanya Zean.

“Loh, emang 23 kan?” tanya Reza kembali.

“Weh 22 anjir, siapa itu yang belii?” tanya Arka.

“Gue sama Najen hehe,” balas Jeviar sambil mengarukkan kepalanya.

“Yahh, Jevv kan gue bilang 22 bukan 23,” ucap Arka.

“Yaudah yaudah gapapaa, yang penting kan gue dirayain nya sekarang, bukan pas 23, ya gakk?” sambung Zean.

“Sorry ya kakk, tadi gue sama Najen lupaa angka berapanya, jadinya kita beli yang 23 deh,” ucap Jeviar.

“Gapapa Jev, yaudah mending sekarang potong kuenya, gue siapin dulu piringnya ya, kalian duduk aja disana,” ucap Zean sambil berjalan menuju ke arah dapur.

“Okeeyy,”

Mereka pun duduk di ruang tengah, kemudian Zean kembali membawa piring untuk makan kue bersama, setelah itu ia segera membagi kuenya dan diberikan kepada Arka dan yang lainnya.

Setelah beberapa jam kemudian akhirnya mereka selesai makan dan Arka pun pulang kerumahnya.

Surprise

“Babe, pulang yuk udah malem,” ajak Arka pada Zean yang sedang menghabiskan makanannya.

“Ih bentar duluu ini belum abiss,” balas Zean sambil menunjuk makanannya.

“Udah malem sayangg, nanti adik-adik kamu nyariin,”

“Ih udah mereka mah biarin aja, paling juga lagi pada main game, kita disini dulu aja. Lagian kamu mau kemana sih buru-buru aja orang baru ketemu juga, emang kamu gak kangen sama aku?”

“Yaa kangen, kan bisa besok lagi, kamu juga harus istirahat sekarang, pasti capek kan tadi lari lari di bandara,”

“Hmm iyaa sih, yaudah deh ayok,”

“Yaudah aku bayar dulu ya, kamu ke mobil aja duluan,”

“Okey,”

Arka pun membayar makanan tersebut dan Zean pergi ke mobil seorang diri, kemudian ia menyalakan mobil untuk menyalakan ac terlebih dahulu.

Setelah beberapa menit kemudian Arka pun datang dan langsung masuk ke dalam mobil, setelah itu ia melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.

“Kamu nanti mau langsung pulang?” tanya Zean.

“Main dulu paling sama anak anak,” jawab Arka yang sedang fokus menyetir.

“Ohh okeeyy,”

Setelah beberapa jam di perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah Zean.

“Sampe nih, ayo turun,” ajak Arka sambil melepaskan sabuk pengamannya.

Saat ini Zean hanya terdiam tidak membalas ajakan dari Arka.

“Ze ayo turun,”

Arka yang menyadari hal itu langsung menoleh ke arah Zean.

“Yaampun tidur ternyata, Ze bangun udah sampee,” ucap Arka sambil mengelus kepala Zean.

“Heemm,” “Udah sampe yaa? Hoaaammm,”

“Haha, iyaa udah sampe, capek banget yaa?”

“Lumayan sih hehe, yaudah yuk,”

“Ayo,”

Akhirnya mereka pun turun dari mobil dan langsung masuk kerumah, Arka menuntun Zean untuk masuk ke kamar nya.

“Sayang, aku ke kamar dulu ya? Kamu tunggu sini aja,” pinta Zean.

“Okeeyy,” balas Arka.

Zean pun membuka pintu kamar nya dan..

“Dorrrr”

“Surpriseeeeee”

“Yeyyyyyy happy birthdayy kak Zeaannnn”

Zean mematung di pintu, ia terkejut melihat kejadian tersebut, ia tidak menyadari hal ini, bahkan dirinya sendiri pun tidak sadar bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya.

“Loh? Kalian inget ulang tahun gue? Serius? Ini bukan mimpi kan?” Zean bertanya tanya kepada adiknya itu.

“Enggak kak, ini bukan mimpi, kita inget ulang tahun lo, ini juga rencana dari bang Arka,” jawab Jeviar sambil melirik ke Arka.

Zean menoleh kepada Arka, “Ka, serius? Kamu yang rencanain ini?” tanya Zean.

“Heem, aku yang rencanain semuanya, kamu tau gak? Aku pulang ke indo cuman mau rayain ini buat kamu, makanya kenapa aku ga bilang ke kamu, karena ini surprise, Ze,” jawab Arka.

“Arka… Hikss,”

Zean menghampiri Arka dan langsung memeluk Arka dengan erat.

“Makasih yaa sayangg, aku ga kepikiran soal ini, aku aja gatau kalau hari ini aku ultah hiks,” ucap Zean sambil menangis di pelukan Arka.

“Iyaa sayang, sama sama, jangan nangis dongg, masa ulang tahun malah nangis,” balas Arka dengan pelukannya itu.

“Ekheemmm,” Heksa berdehem.

“Asik yee pelukan di depan kitaa,” ledek Najendra.

“Haha sorry sorry,” balas Arka sambil melepaskan pelukannya.

“Yeee iri aje lo bocill,” ledek Zean kembali.

“Kak mending lo tiup dulu deh nih lilin nya, keburu meleleh nanti,” ucap Jeviar sambil memberikan kue kepada Zean.

“Oh iya lupa lupa, make a wish dulu yaa,” “Huff,” “Yeyyyyy, thanks yaaaa guysss,” ucap Zean sambil tersenyum kepada adik-adiknya.

“Oh iya nih kak balon buat lo, tempel di kamar sono, tadi gue mau nempel tapi lo keburu dateng,” ucap Reza sambil memberikan balon tersebut.

“Loh kok? 23?” tanya Zean.

“Loh, emang 23 kan?” tanya Reza kembali.

“Weh 22 anjir, siapa itu yang belii?” tanya Arka.

“Gue sama Najen hehe,” balas Jeviar sambil mengarukkan kepalanya.

“Yahh, Jevv kan gue bilang 22 bukan 23,” ucap Arka.

“Yaudah yaudah gapapaa, yang penting kan gue dirayain nya sekarang, bukan pas 23, ya gakk?” sambung Zean.

“Sorry ya kakk, tadi gue sama Najen lupaa angka berapanya, jadinya kita beli yang 23 deh,” ucap Jeviar.

“Gapapa Jev, yaudah mending sekarang potong kuenya, gue siapin dulu piringnya ya, kalian duduk aja disana,” ucap Zean sambil berjalan menuju ke arah dapur.

“Okeeyy,”

Mereka pun duduk di ruang tengah, kemudian Zean kembali membawa piring untuk makan kue bersama, setelah itu ia segera membagi kuenya dan diberikan kepada Arka dan yang lainnya.

Setelah beberapa jam kemudian akhirnya mereka selesai makan dan Arka pun pulang kerumahnya.

Rebutan

Saat ini Abian sedang berjalan menuju ke kantin untuk membeli makanan yang akan di berikan kepada Alana, walaupun Alana menolak, Abian tetap akan membelikan makanan untuk Alana, karena yang Abian tahu saat ini keadaan Alana sedang tidak baik-baik saja, ia takut Alana jatuh sakit nantinya.

Setelah beberapa menit kemudian ia segera menuju ke kelas Alana kembali untuk memberikan makanannya itu.

Saat ia masuk ke kelas Alana, dirinya seketika mematung karena tidak ada Alana di dalamnya.

“Ada yang tau gak Alana kemana?” tanya Abian kepada siswa yang ada di kelas tersebut.

“Gatau,” jawab salah satu siswa.

“Abian, tadi gue liat Alana ke atap,” jawab siswa lain.

“Oke makasih,” balas Abian.

Kemudian Abian keluar dari kelas Alana dan berlari menuju ke atap untuk menghampiri Alana, Saat di tangga ia berpapasan dengan Tama.

“Eh, mau kemana lo?” tanya Tama sambil menghalangi jalan Abian.

“Minggir,” balas Abian.

“Mau ketemu Alana? Alana aja gamau ketemu lo,”

“Gue bilang minggir, Tama.”

“Kalo gue gamau?”

“Jangan bikin gue marah sama lo,”

Tama tersenyum miring dan langsung ke pinggir membuka jalan untuk Abian. Abian hanya menatap Tama dengan dalam, ia tidak ingin terjadi keributan antara dirinya dengan Tama karena ia tahu jika dirinya berantem dengan Tama, Alana pasti marah kepadanya.

Saat Abian hendak berjalan kembali, Tama memanggilnya, “Abian,” panggil Tama yang membuat Abian membalikkan badannya.

“Jangan sakitin Alana.” Tama meminta pada Abian sambil menunjuk Abian menggunakan jarinya.

“Lo gak berhak ngatur-ngatur gue Tam,” balas Abian.

Abian segera meninggalkan Tama dan langsung menuju ke atap sekolah.

Liat aja Bi, siapa yang berhak buat Alana bahagia,” batin Tama.

Tama Lagi

Setelah membaca pesan dari Juan, Abian segera menyalakan motor nya dan langsung menuju kerumah Alana.

Saat ini Alana sedang bersiap-siap untuk sekolah, ia memasukkan barang-barang kedalam tas sekolahnya itu.

Ia segera keluar kamar nya dan berlari menuju ke kamar Juan, saat ia membuka pintu kamar itu isinya kosong, tidak ada Juan di dalam, Alana kebingungan kemana kakak nya itu pergi? Sebab Juan sendiri tidak pamit dengan Alana.

Alana segera menutup pintu kamar Juan kembali dan langsung menelpon Juan.

Percakapan Telepon

Halo bang

Kenapa Al?

Lo dimana anjir, ini gue mau berangkat gaada yang anter

Sorry Al, gue ada latihan pagi ini, lo tunggu di depan aja ya tar ada yang jemput lo, oke? Gue matiin dulu, byee

Tuttt

Halooo, bangg, ih sialan

“Tunggu di depan nunggu siapa anjir, apa dia cariin ojek ya buat gue? Gak tau deh hufftt” ucap Alana sambil menaruh hp nya ke dalam tas.

Ia pun segera keluar rumah nya dan tak lupa untuk mengunci rumah nya itu.

Beberapa menit kemudian terdengar suara motor yang berhenti di depan pagar rumah Alana.

Alana segera melihat nya dan menghampiri motor tersebut, awalnya Alana tidak tahu siapa dibalik helm tersebut.

“Abang ojek ya? Ojek yang disuruh kakak saya kan? Okedehh ayo bang berangkat keburu telat nanti saya nya” ucap Alana sambil memperhatikan ojek tersebut.

“Palalo ojek, gue Abian anjir, tampang gue ojek banget emang?” tanya Abian dengan emosi sambil membukakan helm nya.

“Loh Abian? Ngapain lo disini? Abisnya lo pake helm gelap banget, jadi gak ketauan kalau itu lo,”

“Gue mau jemput lo lah, masa jemput bang Juan, udah buru naik, takut telat kan? Santai sama gue mah satpam juga kabur nanti,”

“Serah lo deh,”

Setelah itu Alana pun segera menaiki motor Abian dan kemudian memakai helm miliknya.

Abian pun melajukan motornya dengan kecepatan normal dan menuju ke sekolah.

Setelah beberapa menit di perjalanan mereka pun sampai tepat sebelum bel berbunyi.

“Bi, gue duluan ya ke kelas udah ditunggu Sasa soalnya,” ucap Alana sambil turun dari motor Abian.

“Ditunggu sama Sasa atau sama Tama??” tanya Abian sambil membuka helm nya.

“Tama? Apaan sih, Bi lo tuh kebiasaan tau gak! Gausah bawa bawa Tama,” balas Alana dengan kesal.

“Gue cuman nanya Al, kalau emang lo ditunggu sama Tama yaudah silahkan,”

“Bete gue sama lo!”

Alana pun segera menaruh helm nya di motor Abian dan langsung meninggalkan Abian, kemudian ia menuju kelasnya dengan wajah murungnya itu.

Bi, kenapa sih selalu ngomongin Tama? Lo cemburu sama Tama? Gue gak suka Tama, Bi.. Gue sukanya sama lo!” batin Alana.

Alana pun masuk ke dalam kelasnya dan langsung duduk di samping Sasa temannya itu.

“Al? Kenapa lo? Pagi-pagi udah murung aja,” tanya Sasa sambil memperhatikan wajah Alana.

“Gak tau ah bete,” jawab Alana dengan kesal.

“Kenapa sih? Abian?”

Alana menganggukkan kepalanya.

“Hufftt, diapain lagi sama Abian?”

“Gue kan tadi ke kelas duluan ya, gue bilang kalau gue ditunggu sama lo, tapi dia malah bilang ditunggu sama lo atau sama Tama, gue bete lah. Gue males Sa kalau dia bahas Tama,”

“Jadi gara gara itu? Gue tau Abian kenapa kaya gitu, dia cemburu Al sama lo, dia takut lo di tunggu nya sama Tama, bukan sama gue,”

“Ya tapi kenapa mesti cemburu? Gue kan gasuka sama Tama, ah gatau ah bete banget gue,”

Tapi nanti gue bakal bikin lo suka sama Tama, Al,” Batin Sasa. “Yaudah lah biarin aja, btw nanti sore lo dateng rapat kan?”

“Gatau, gue males ketemu Abian,”

“Al, lo kan tau Abian kalau rapat gaada lo dia gaakan mulai rapatnya, bisa bisa sampe malem nanti,”

“Hufftt liat nanti aja deh,”

Setelah itu kelas mereka pun memulai pelajaran di jam pertama bersama pak Yoga untuk mata pelajaran biologi.

Pesawat

Setelah membaca berita tersebut Zean langsung memasukkan hp dan barang lain nya ke dalam tas kecil miliknya itu.

Ia segera keluar dari kamar nya dan langsung ke mobil untuk berangkat ke bandara bersama adik-adiknya.

Waktu menunjukkan pukul 23:00 yang dimana kini jalan raya penuh kemacetan akibat lampu merah dan banyak nya kendaraan yang melewati jalan tersebut.

“Pak cepet dong pak, kita harus cepet-cepet ke bandara,” pinta Zean dengan panik.

“Iyaa sabar ya, ini macet banget, saya juga gatau ada apa,” balas Supir.

“Kak sabar dulu, ini lampu merah terus juga banyak orang yang pulang kerja makanya padet,” sambung Jeviar sambil menenangkan Zean.

“Ck, lama!” Zean berdecak. “Gue turun aja deh,” sambung Zean sambil membuka pintu mobilnya dan keluar dari mobilnya itu.

“Kak, tunggu,” panggil Jeviar.

“Weh ayo turun, susul kak Zean,” ajak Reza.

“Ayo,” balas Heksa dan Najen secara bersamaan.

Mereka pun keluar dari mobil dan langsung menyusul Zean, saat ini Zean berlari dengan kencang agar cepat sampai ke bandara.

Jarak mereka berjalan untuk menuju ke bandara tidak terlalu jauh sehingga mereka nekat untuk bejalan ke bandara.

Setelah beberapa menit kemudian mereka pun sampai di bandara.

“Weh bentar weh, anjir capek banget,” ucap Heksa napasnya memburu berkat usahanya berlari selama 10 menit tanpa henti.

“Sa, kak Zean udah di dalem anjir, ayo lah gece,” ajak Reza.

“Bentar anjir, gue capek banget,” balas Heksa.

“Gue duluan deh, kasian kak Zean,” ucap Reza.

Reza pun berlari kembali dan masuk ke bandara untuk menyusul Zean, akhirnya setelah beberapa menit kemudian Reza pun sampai di posisi Zean, mereka berada di pintu 3A yang dimana pintu tersebut tempat keluarnya penumpang dari luar negeri.

“Za, Za, coba lo tanya satpam disana pesawat london air gimana, biar gue tanya di pintu 3B, Jeviar cari di 3C, cepettt,” pinta Zean dengan panik.

“Iyaa kak,” jawab Reza dan Jeviar secara bersamaan.

Mereka pun berpencar untuk menanya ke petugas bandara terkait pesawat london air, apakah benar pesawat tersebut mengalami kecelakaan?

Saat ini Zean mencari informasi sambil mencari keberadaan Arka.

“Arka, please kamu kemana? Jangan kaya gini, Ka,” ucap Zean sambil mencari-cari keberadaan Arka pacarnya itu.

Zean berjalan melewati beberapa pintu masuk dan seketika ia berhenti, ia seperti melihat sosok Arka di hadapannya itu.

“Hah? Arka? Itu beneran Arka kan?” ucap Zean sambil mengucek-ngucek matanya.

“Iyaaa! Itu Arka!” “Arkaaaaa,” teriak Zean sambil berlari menghampiri Arka yang sedang membereskan kopernya.

“Arkaaaa hiks, aku kangen bangetttt,” ucap Zean sambil memeluk erat Arka dari belakang.

“Loh? Zean? Kamu ngapain disini? Terus tau dari mana aku disini?” Arka terkejut melihat kelakuan Zean dan langsung membalikkan badannya.

“Kamu ga liat berita? Aku kaget, aku pikir itu pesawat kamu hiks, lagian kamu kenapa gak bilang sih kalau mau ke indo? Aku khawatir tiba-tiba kamu ilang terus ada berita pesawat london air kecelakaan, hiks aku takut banget,”

“Yaa kan surpirse babee, aku juga ilang karna emang tadi hp aku lobet, terus pesawat yang aku naikin kebetulan delay jadinya aku gabisa ngabarin kamu, maaf ya?”

“Hmm,”

“Terus kamu kesini sama siapa? Sendiri?”

“Sama anak-anak, kita mencar tadi buat cari kamu,”

“Yaampun, haha iam sorry babe,”

“Gapapa, yang penting kamu selamat, hiks,”

Saat ini Zean masih memeluk pacar nya itu, ia benar benar lega setelah melihat keadaan Arka yang baik-baik saja.

Setelah beberapa menit kemudian mereka pun melepaskan pelukan itu dan langsung berjalan untuk pulang.

Terkunci

Setelah membaca pesan dari Abian, Alana kemudian bergegas menuju sekre dan segera mendorong pintu sekre dengan kasar begitu dirinya tiba. Namun yang ditemuinya nihil, tidak ada satu pun orang di sana. Hanya benda-benda yang memang menjadi penghuni sekre lah yang menjadi pemandangan Alana. Ia baru hendak kembali sebelum tiba-tiba Abian muncul dari balik pintu, mengejutkan Alana.

“Dor!” teriak Abian, membuat Alana melonjak kaget.

“Ih apaan sih, katanya sakit!” ucap Alana emosi sambil memukul lengan Abian.

“Aww, sakit Al,” rintih Abian sembari memegang lengannya.

“Abis nya gue sebel sama lo, kata nya tadi pusing terus gue kira lo pingsan makanya gue langsung kesini,”

“Hehe yaa sorry, panik ya loo? Ciee panikk,”

“Is nyebelin banget sih, udah ah gue mau balik aja,”

Saat Alana ingin keluar dari sekre, tangannya di tahan oleh Abian seakan Abian melarangnya untuk pergi.

“Mau kemana sih lo, buru buru aja elah, sini dulu temenin gue, gue beneran pusing Al,”

“Bohong,”

“Beneran, Alana. Gue pusing banyak tugas fisika, lo kan jago fisika jadi mending bantuin gue kerjain tugas, ya?”

“Ogah,”

“Al, pleaseee yayayaya,”

“Is nyebelin banget sih lo, yaudah gece kerjain sana, gue bantuin tapi abis itu lo anter gue balik, oke?”

“Oke bos,”

Alana pun kembali ke dalam sekre dan membantu Abian untuk mengerjakan tugas fisikanya.

“Al Al, ini apa sih? Gue ga ngerti pas ini,” tanya Abian sambil menyenggol lengan Alana.

“Is padahal itu gampang, tinggal lo masukin aja rumus nya terus angka-angkanya lo masukin abis itu lo itung deh nanti hasilnya baru ketauan, gitu Abian.” Alana menjelaskan kepada Abian sambil menulis di buku nya Abian.

Saat Alana menjelaskan tugas tersebut Abian hanya tersenyum memperhatikan wajah Alana dengan tulus.

Cantik, Al, batin Abian.

Alana yang melihat hal itu langsung menyadari Abian sambil melambaikan tangannya di depan muka Abian.

“Bi? Hellooo,” panggil Alana.

Abian terdiam.

“Abian!” teriak Alana, membuat Abian melonjak kaget.

“Eh buset Al, biasa aja kali,” ucap Abian sambil mengelus dadanya.

“Ya abis nya elo, gue jelasin malah bengong, kenapa coba? Hah?”

“Lo cantik, Al,”

“Hah?”

“Hah? Eh anu, emm maksudnya tulisan lo cantik elah,”

“Hadeuhh aneh lo, udah nih buru kerjain abis itu kumpulin biar cepet pulang,”

“Iya elah sabar,”

Abian pun segera melanjutkan tugas nya dan Alana hanya memperhatikan Abian sembari mendengarkan musik di hp nya.

Tak lama kemudian Alana merasa ngantuk pada diri nya sehingga ia memejamkan matanya secara perlahan dan menidurkan kepalanya di meja yang ada di depannya itu.

Abian saat ini hanya fokus mengerjakan tugas nya tanpa melihat keberadaan Alana.

Setelah beberapa jam kemudian akhirnya ia menyelesaikan tugas nya dan segera merapihkan buku nya dan langsung memasukan ke dalam tas, kemudian ia merenggangkan otot-otot tangannya.

“Akhirnyaaa kelar jugaaa hufftt, jam berapa ya ini?” tanya Abian pada diri nya sendiri sambil melihat jam tangannya.

“Anjir jam 7, weh Al ayo balik Al, udah jam 7 anjir,” ucap Abian sambil bangun dari duduk nya tanpa melihat Alana yang sedang tertidur.

“Al ayo Al,” ajak Abian.

Kemudian Abian segera melihat Alana, “Lah anjir tidur nih anak, weh bangun Al, balikkkk.” Abian menggerakkan badan Alana.

“Hmm, apa sih, Bi.. Gue ngantuk banget, lo kerjain dulu aja ya, gue mau tidur dulu,” ucap Alana pelan.

“Al, udah kelar gue, udah jam 7 ini haduhh gerbang sekolah takut udah di tutup anjir,” balas Abian panik.

“Hah? Apa? Jam 7? Serius lo anjir, Abian!” Alana spontan bangun dari tidur nya karena terkejut mendengar ucapan Abian.

“Serius anjir, ayo makanya buruan,”

“Bentarr yaallah, gue masih pusing bangettt,”

“Udah ayooo,”

Segera Abian menarik tangan Alana dan membawanya keluar dari sekre, kemudian mereka menuju ke gerbang sekolah dan benar saja saat ini gerbang sudah terkunci.

“Al, ke kunci, gimana dong?” tanya Abian.

“Ya mana gue tau anjir, coba lo cari satpam sono, gue masih loyo banget,”

“Ah lo sih tidur mulu,”

“Ya abisnya lo lama ngerjainnya, kan gue jadi ngantuk, udah sanaaa mending lo cari satpam, gue tunggu sini dah,”

“Ogah, mending nunggu sini aja deh, nanti juga satpam nya dateng,”

“Is Abian, buruan ah nanti gue di marahin bang Juan gara-gara balik malem,”

“Yaa biasa nya juga lo balik malem, Al, yakan?”

“Sotau lo, dah ah gue aja yang cari satpam nya,”

“Ikut,”

“Gak!”

“Ikut Al,”

“Disini aja lo, gue aja yang cari,”

“Yakin mau sendiri? Gak takut lo?”

“Is lo mah, yaudah ayo ayo,”

“Gitu dong,”

Mereka pun akhirnya mencari satpam di daerah sekolah tersebut, setelah beberapa menit kemudian akhirnya ada satpam yang sedang keliling di taman sekolah.

“Nah itu kayanya pak Wahyu satpam deh, pak Wahyuuu,” teriak Alana memanggil Pak Wahyu.

“Samperin aja Al,”

“Lo aja deh, gue mager,”

“Alana, kan lo yang manggil anjir,”

“Yaudah biar impas, gue yang manggil, lo yang kesana,”

“Dih sialan lo, yaudah lo tunggu sini,”

“Oke,”

Abian pun menghampiri satpam tersebut dan meminta satpam untuk membukakan gerbang sekolahnya itu.

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya mereka bisa pergi dari sekolah dan langsung pulang, setelah itu Abian mengantar Alana pulang kerumahnya.

“Thanks ya, Bi, lo hati-hati baliknya,”

“Iyaa Al, sama-sama,” “Byee,”

“Byee, Abian,”

Abian pun kembali menyalakan motornya dan langsung pergi meninggalkan Alana, kemudian ia pulang menuju kerumahnya.

Jemputan

Setelah beberapa jam kemudian kelas Zean pun berakhir, ia langsung pamit kepada teman-teman nya dan pulang kerumah.

“Akhirnyaa kelar juga, pusing banget gue bahas tulang mana banyak banget materinya,” ucap Zean sambil memasukkan bukunya ke dalam tas.

“Iya anjir, 1 tulang aja beranak ada ini lah itu lah,” sahut Alea.

“Haha namanya juga anatomi pasti banyak lah, oh ya btw gue pulang duluan ya, udah di jemput doi,” sambung Sandra sambil berdiri dari duduk nya dan pamit kepada kedua temannya itu.

“Hadeuhh bucin lo San,” ledek Alea.

“Yee biarin, dah yaa byeee,” pamit Sandra.

“Byee, hati-hati lo,” balas Zean.

Sandra pun pergi dari kelas dan meninggalkan Zean bersama Alea.

“Gue juga balik ya, Ze. Mau pacaran juga haha,” pamit Alea sambil bangun dari duduknya.

“Halah, tadi aja lo ledekin Sandra, tapi sendiri nya malah bucin juga,”

“Hehe, gue duluan yaa, byeee,”

“Hati-hati lo,”

“Okaaayy,”

Alea pun meninggalkan Zean seorang diri di kelas, setelah itu ia bangkit dari duduknya dan pergi dari kelasnya itu.

Zean berjalan seorang diri menuju ke gerbang kampus dan ia menghubungi Heksa untuk menjemput nya di gerbang.

Percakapan Telepon

Halo,

Lo dimana, Sa?

Gue lagi nongki, kenapa?

Jemput gue dong,

Pulang sendiri aja lah, atau sama temen lo kek,

Temen gue sama doi nya semua, ayolah Sa,

Aelah makanya doi lo suruh pulang biar ga minta gue terus

Ah rese lo,

Gue lagi nongki kak, lo telpon pak Jamal aja deh buat jemput,

Gue gak punya nomornya,

Yaudah tar gue kirim, dah ya byee

Tutt

Telepon terputus

“Ah Heksa ngeselin banget sih elah, awas aja gak gue kasih duit jajan,” ucap Zean dengan kesal sambil mematikan ponselnya.

Zean pun berdiri di depan gerbang untuk menunggu pesan dari Heksa yang mengirim no telepon supirnya yaitu pak Jamal.

Setelah beberapa jam kemudian kelas Zean pun berakhir, ia langsung pamit kepada teman-teman nya dan pulang kerumah.

“Akhirnyaa kelar juga, pusing banget gue bahas tulang mana banyak banget materinya,” ucap Zean sambil memasukkan bukunya ke dalam tas.

“Iya anjir, 1 tulang aja beranak ada ini lah itu lah,” sahut Alea.

“Haha namanya juga anatomi pasti banyak lah, oh ya btw gue pulang duluan ya, udah di jemput doi,” sambung Sandra sambil berdiri dari duduk nya dan pamit kepada kedua temannya itu.

“Hadeuhh bucin lo San,” ledek Alea.

“Yee biarin, dah yaa byeee,” pamit Sandra.

“Byee, hati-hati lo,” balas Zean.

Sandra pun pergi dari kelas dan meninggalkan Zean bersama Alea.

“Gue juga balik ya, Ze. Mau pacaran juga haha,” pamit Alea sambil bangun dari duduknya.

“Halah, tadi aja lo ledekin Sandra, tapi sendiri nya malah bucin juga,”

“Hehe, gue duluan yaa, byeee,”

“Hati-hati lo,”

“Okaaayy,”

Alea pun meninggalkan Zean seorang diri di kelas, setelah itu ia bangkit dari duduknya dan pergi dari kelasnya itu.

Zean berjalan seorang diri menuju ke gerbang kampus dan ia menghubungi Heksa untuk menjemput nya di gerbang.

Percakapan Telepon

Halo,

Lo dimana, Sa?

Gue lagi nongki, kenapa?

Jemput gue dong,

Pulang sendiri aja lah, atau sama temen lo kek,

Temen gue sama doi nya semua, ayolah Sa,

Aelah makanya doi lo suruh pulang biar ga minta gue terus

Ah rese lo,

Gue lagi nongki kak, lo telpon pak Jamal aja deh buat jemput,

Gue gak punya nomornya,

Yaudah tar gue kirim, dah ya byee

Tutt

Telepon terputus

“Ah Heksa ngeselin banget sih elah, awas aja gak gue kasih duit jajan,” ucap Zean dengan kesal sambil mematikan ponselnya.

Zean pun berdiri di depan gerbang untuk menunggu pesan dari Heksa yang mengirim no telepon supirnya yaitu pak Jamal.

D-day

Zean pun pergi ke mobil bersama adik-adiknya, mereka menggunakan 1 mobil yang berisi 5 orang, paling depan supir bersama Zean, di tengah ada Jeviar dan Rezayn, dan di belakang ada Najendra dan Heksara.

“Weh kenapa gue yang di belakang sih? Engap anjir mana sama si Najen,” sahut Heksa dari belakang.

“Elah lo bawel banget, duduk aja napa sih dari pada gue turunin nanti,” balas Zean.

“Lo yang gue turunin, harus nya lo beda kendaraan sama kita,” sambung Heksa.

“Makanya beliin mobil dong buat gue, biar gue bisa berangkat sendiri,” balas Zean kembali.

“Aelah ribut mulu lo pada, gue turunin semuanya tau rasa lo,” sambung Jeviar dari tengah.

Seperti ini lah kira-kira isi mobil mereka, penuh dengan ocehan antara kaka dan adik. Setelah beberapa menit kemudian mereka pun sampai di depan kampus.

“Kak, lo turun duluan ya disini kita turun di sana,” pinta Najendra

“Dih? Siapa lo nyuruh-nyuruh gue? Suka suka gue lah,” balas Zean.

“Kak is jangan turun bareng bahaya,” sambung Reza.

“Bahaya apa sih? Ohh gue tau, takut cewe kalian pada cemburu ya? Aelah bocah nyebelin banget, iya deh iya gue turun, belajar yang bener lo pada,” ucap Zean sambil menunjuk adiknya satu persatu.

“Iyaa elah santuy ae, udah sana,” balas Heksa.

Zean pun turun dari mobil dan langsung menuju ke kelas nya, kemudian mobil Aderfia pun pergi dari tempat tersebut dan menuju ke parkiran kampus.

“Pak nanti gausah jemput ya, kita mau nongki dulu,” ucap Jeviar pada bapak supir.

“Oke siap,” balas bapak supir.

Mereka pun turun satu persatu dari mobil nya dan langsung menuju ke kelasnya masing-masing.

Jeviar bersama Najendra masuk kelas bahasa, kemudian Reza dan Heksa masuk kelas teknik.