sunflocityy

The Day

“ANYAAA.” Panggil Harsa dari kejauhan

Anya langsung menengok dan melambaikan tangan nya pada Harsa, setelah itu Harsa langsung berjalan menghampiri nya.

“Gausah teriak bisa ga?” Ucap Anya sambil mengusap telinganya.

“Yaa siapa tau lo budeg” Ledek Harsa.

“Sialan lo” Balas Anya.

Harsa pun duduk disamping nya dan memperhatikan wajah Anya.

“Mana muka lo yang bonyok tadi? kok ini mulus mulus aja” Tanya Harsa sambil menatap wajah Anya.

“Iyalah muka gue emang mulus”

“Serius anj, tadi lo bonyok pas pap ke gue”

“Pap lama sih”

“Sialan Anya, lo demen banget kerjain gue…”

“Cie panik yaaaa”

“Ya panik lah siapa coba yang ga panik cewenya bonyok gitu”

“Cewe nya? emang gue cewe lo?”

“Iya..”

“Sejak kapan? kita ga pacaran ya Harsa.”

“Udah lah pacaran aja dari pada gantung gini…”

“Tapi gue gabisa”

“Kenapa? Gue banyak salah ya sama lo sampe lo gamau jadi pacar gue?”

“Engga bukan gitu, lo tau kan gue punya abang yang galak galak, gue gak boleh pacaran sama mereka”

“Yaudah backstreet”

“Hah?”

“Iya backstreet pacaran diem diem”

“Yakin lo bisa?”

“Bisa lah, selagi sama lo mah bisa terus gue”

“Iya deh percaya”

“Berarti kita pacaran nih?”

“Iya”

“Yessss akhirnyaaaaaaa” “WOII GUE PACARAN SAMA ANYAAA HAHA.” Teriak Harsa sambil berdiri di bangku nya itu.

“Harsa ihh kan backstreet, jangan teriakk nanti ada yang tauuu” Ucap Anya sambil menarik baju Harsa.

“Eh iya lupa hehe”

“Seseneng itu lo?”

“Iyalah” “Eh iya berarti tweet lo yang waktu itu buat gue dong? asikkkk ternyata lo emang suka sama gue dari dulu”

“Geer lo, dah ah gue mau ke kelas”

“Ah gaasik lo mengalihkan pembicaraan”

“Gue serius anjir udah bel juga lagian”

“Iya si, yaudah dehh lo duluan sono gue masih mau disini”

“Yaudah gue duluan ya, byee”

“Bye doang?”

“Emang mau apa lagi?”

“Sayang nya mana?”

“Gausah ngadi-ngadi lo”

“BYEE!!!” Pamit Anya sambil berlari meninggalkan Harsa, dibalik itu ia tersenyum sendiri karena Harsa memintanya memanggil sayang.

“Anya Anya, lucu juga” Ucap Harsa pada dirinya sendiri sambil memperhatikan punggung Anya yang sedang berlari meninggalkannya.

Anya, Gue tau abang lo pada ngincer gue.. Makanya kenapa lo takut pacaran sama gue

Jean

Kia berjalan ke arah meja makan bersama teman-teman nya dan bertanya,“Makanan nya udah datengg?”

“Udah nih Ki, pas banget lo dateng makanannya baru sampe, sini duduk sebelah gue.” Ajak Clara sambil menarik kursi disebelahnya.

“Thankyouu” Ucap Kia.

“Sama sama bebs” Jawab Clara.

Mereka pun makan bersama di restoran tersebut, setelah beberapa menit mereka pun menyelesaikan nya.

“Kayanya kita langsung pulang aja kali ya? udah malem juga, besok kan harus cari lagi.” Ucap Rakha.

“Iya kak pulang aja, kira-kira besok berangkat jam berapa?” Tanya Kia.

“Enaknya jam berapa?” Tanya Rakha kembali.

“Jam 10 aja ga terlalu pagi, kalo tadi mah kepagian anjir gua masih ngantuk” Balas Jean.

“Yee lo nya aja itu mah kak yang kebo” Ledek Reina.

“Sialan lo” Balas Jean.

“Yaudah besok jam 10 yaa berarti besok kita ke tempat rumah kosong itu siapa tau ada bukti lain disana.” Ucap Rakha.

“Okee okee” Balas Clara.

“Yaudah yuk pulang” Ajak Kia.

“Kuyy” Balas bersamaan.

Akhirnya mereka pun pulang kerumahnya masing-masing, saat ini Kia masih menginap dirumah Clara, hanya berdua tanpa Reina.

Saat itu Jean pulang kerumah nya, biasanya pertama yang ia lihat yaitu Haidar, Haidar yang sedang menonton tv diruang tengah, tapi saat ini ruangan itu kosong.

“Haidar kemana anjir udah malem gak pulang, di telpon juga ga diangkat, awas aja nih kalo pulang besok pagi, gak gua izinin nginep, bisa bisa di omongin tetangga nih gua..” Jean mengomel pada dirinya sendiri.

Patah

Saat ini Eri pergi kembali ke rumah sakit untuk melihat keadaan Haidar, ia melajukan mobil nya dengan kecepatan normal sampai akhirnya ia sampai dirumah sakit dan langsung menuju ruang ICU.

“Haaii sayangg, aku bawa makan nih tapi cuman 1 doang,soalnya kan kamu gaboleh makan makanan dari luar hehe..” Ucap Eri sambil berjalan menuju ke samping kasur Haidar.

“Kamu lagi mimpi apa sih? kayanya asik banget mimpi nya..”

“Aku boleh minta sesuatu gak? Mimpi nya udahan aja ya?”

Eri hanya bisa berbicara sendiri saat ini, Haidar pun belum sadarkan diri, ntah sampai kapan ia bisa sadar dari tidur nya itu..

Eri menatap Haidar dalam, ia menginginkan pria itu bangun, yang bisa ia lakukan saat ini hanya menggenggam tangan pria itu sambil menitikan air mata nya.

Diamatinya Haidar yang masih tak kunjung memberikan respon. Merasa lelah, Eri meletakan kepalanya di sisi kanan ranjang Haidar sambil mengusap-usap punggung tangan laki-laki itu. Perlahan, Eri memejamkan mata, tertidur karena rasa kantuk yang mulai menyerangnya.

Namun baru lima menit ia menutup mata, ada pergerakan halus dari tangan yang berada di dalam genggamannya. Sontak Eri terbangun, memastikan bahwa pergerakan itu berasal dari tangan Haidar. Dilihatnya Haidar yang perlahan mulai membuka matanya. Eri yang gembira lantas segera memanggil dokter.

“Haidar? akhirnya ya tuhann kamu sadar jugaa, bentar aku panggil dokter dulu yaa” Ucap Eri dengan gembira.

Ia pun keluar dari kamar itu dan mencari dokter untuk memeriksa Haidar, setelah beberapa menit kemudian Haidar pun di periksa oleh dokter dan tidak ada tanda-tanda yang buruk yang menimpa Haidar, hanya saja ia mengalami patah tulang pada kaki kanan nya, kata dokter pun itu hanya sementara.

Setelah memeriksanya dokter pun keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Eri bersama Haidar.

“Sayang, kamu makan dulu ya nanti abis itu minum obat, okay?” Pinta Eri pada Haidar.

“Aku gak laper”

“Tapi kamu harus minum obat dan obatnya dimakan setelah kamu makan nasi, makan ya?”

“Dikit aja ya”

“Iya yang penting kamu makan”

Saat itu Eri langsung menyuapi lelakinya itu,walau hanya makan sedikit setidaknya ada beberapa nasi masuk ke mulut nya.

“Kamu udah lama disini?”

“Dari kemaren aku disini nunggu kamu bangun, akhirnya bangun juga sekarang”

“Makasih yaa”

“Iya sama sama”

“Terus kamu ngabarin ke temen-temen aku gak?”

Eri terdiam.

“Sayang?”

“Hah, kenapa?”

“Kamu ga ngabarin temen-temen aku?”

“Ohh itu, aku ngabarin kok cuman gaada yang bisa dihubungin makanya belum ada yang kesini.”

“Ohh gitu, aku mau nanya deh, ini kaki aku kenapa ga kerasa ya? kaya hilang gitu,terus juga tadi dokter ga ngomong apa apa soal kaki aku.”

“Babe, kamu yang sabar ya, kaki kanan kamu patah sementara, untuk saat ini kamu belum bisa jalan kaya biasanya..”

Haidar terdiam,ia terkejut setelah mendengar penjelasan dari Eri. Walau hanya sementara tapi rasanya sangat sakit..

“Sementara? berapa lama?”

“Aku kurang tau yang pasti nya berapa lama, tapi kamu disaranin dokter untuk melakukan terapi agar bisa sembuh dengan cepat.”

“Sayang… Aku takut”

“Engga babe, aku disini, aku bakal nemenin kamu okey? kamu jangan takut ya..” Ucap Eri sambil mengelus kepala Haidar.

Haidar tersenyum pada Eri, ia senang Eri berara di sisi nya saat ini, Tapi disisi lain ia pun ingin teman-temannya berada di samping nya saat itu juga, cuman takdir berkata lain bahwa ternyata Eri lah yang berada di sisinya.

Haidar please sembuh dengan cepat ya? Gue juga gamau terlalu lama ngurusin lo yang patah kaya gini” Ucap Eri dalam hati sambil memperhatikan Haidar.

Patah

Saat ini Eri pergi kembali ke rumah sakit untuk melihat keadaan Haidar, ia melajukan mobil nya dengan kecepatan normal sampai akhirnya ia sampai dirumah sakit dan langsung menuju ruang ICU.

“Haaii sayangg, aku bawa makan nih tapi cuman 1 doang,soalnya kan kamu gaboleh makan makanan dari luar hehe..” Ucap Eri sambil berjalan menuju ke samping kasur Haidar.

“Kamu lagi mimpi apa sih? kayanya asik banget mimpi nya..”

“Aku boleh minta sesuatu gak? Mimpi nya udahan aja ya?”

Eri hanya bisa berbicara sendiri saat ini, Haidar pun belum sadarkan diri, ntah sampai kapan ia bisa sadar dari tidur nya itu..

Eri menatap Haidar dalam, ia menginginkan pria itu bangun, yang bisa ia lakukan saat ini hanya menggenggam tangan pria itu sambil menitikan air mata nya.

Diamatinya Haidar yang masih tak kunjung memberikan respon. Merasa lelah, Eri meletakan kepalanya di sisi kanan ranjang Haidar sambil mengusap-usap punggung tangan laki-laki itu. Perlahan, Eri memejamkan mata, tertidur karena rasa kantuk yang mulai menyerangnya.

Namun baru lima menit ia menutup mata, ada pergerakan halus dari tangan yang berada di dalam genggamannya. Sontak Eri terbangun, memastikan bahwa pergerakan itu berasal dari tangan Haidar. Dilihatnya Haidar yang perlahan mulai membuka matanya. Eri yang gembira lantas segera memanggil dokter.

“Haidar? akhirnya ya tuhann kamu sadar jugaa, bentar aku panggil dokter dulu yaa” Ucap Eri dengan gembira.

Ia pun keluar dari kamar itu dan mencari dokter untuk memeriksa Haidar, setelah beberapa menit kemudian Haidar pun di periksa oleh dokter dan tidak ada tanda-tanda yang buruk yang menimpa Haidar, hanya saja ia mengalami patah tulang pada kaki kanan nya, kata dokter pun itu hanya sementara.

Setelah memeriksanya dokter pun keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Eri bersama Haidar.

“Sayang, kamu makan dulu ya nanti abis itu minum obat, okay?” Pinta Eri pada Haidar.

“Aku gak laper”

“Tapi kamu harus minum obat dan obatnya dimakan setelah kamu makan nasi, makan ya?”

“Dikit aja ya”

“Iya yang penting kamu makan”

Saat itu Eri langsung menyuapi lelakinya itu,walau hanya makan sedikit setidaknya ada beberapa nasi masuk ke mulut nya.

“Kamu udah lama disini?”

“Dari kemaren aku disini nunggu kamu bangun, akhirnya bangun juga sekarang”

“Makasih yaa”

“Iya sama sama”

“Terus kamu ngabarin ke temen-temen aku gak?”

Eri terdiam.

“Sayang?”

“Hah, kenapa?”

“Kamu ga ngabarin temen-temen aku?”

“Ohh itu, aku ngabarin kok cuman gaada yang bisa dihubungin makanya belum ada yang kesini.”

“Ohh gitu, aku mau nanya deh, ini kaki aku kenapa ga kerasa ya? kaya hilang gitu,terus juga tadi dokter ga ngomong apa apa soal kaki aku.”

“Babe, kamu yang sabar ya, kaki kanan kamu patah sementara, untuk saat ini kamu belum bisa jalan kaya biasanya..”

Haidar terdiam,ia terkejut setelah mendengar penjelasan dari Eri. Walau hanya sementara tapi rasanya sangat sakit..

“Sementara? berapa lama?”

“Aku kurang tau yang pasti nya berapa lama, tapi kamu disaranin dokter untuk melakukan terapi agar bisa sembuh dengan cepat.”

“Sayang… Aku takut”

“Engga babe, aku disini, aku bakal nemenin kamu okey? kamu jangan takut ya..” Ucap Eri sambil mengelus kepala Haidar.

Haidar tersenyum pada Eri, ia senang Eri berara di sisi nya saat ini, Tapi disisi lain ia pun ingin teman-temannya berada di samping nya saat itu juga, cuman takdir berkata lain bahwa ternyata Eri lah yang berada di sisinya.

Haidar please sembuh dengan cepat ya? Gue juga gamau terlalu lama ngurusin lo yang patah kaya gini” Ucap Eri dalam hati sambil memperhatikan Haidar.

ICU

Dengan cepat ia berlari menuju ruang ICU dimana tempat Haidar dirawat. Ia hanya bisa menangis di depan ruangan tersebut. Setelah beberapa menit kemudian akhirnya dokter keluar dari ruangan itu dan menghampiri Eri.

“Dok gimana keadaan pacar saya?dia baik-baik aja kan?dia bakal sembuh kan dok?” Tanya Eri sambil menggenggam tangan dokter dalam keadaan masih menangis.

“Tenang ya mbak, Pasien masih dalam pemulihan ada kemungkinan ia bisa sembuh kembali tapi kemungkinan itu hanya kecil jadi saya tidak bisa memutuskan kesembuhan nya,kita berdoa saja sama yang maha kuasa agar pasien segera pulih.” Jawab Dokter.

“Hiks,tapi Haidar bakal sembuh kan dok?..Hikss” Tanya Eri dengan lemas.

“Semoga saja ya, saya permisi.” Pamit Dokter.

“Terimakasih dok.” Jawab Eri. Eri pun duduk kembali diruang tunggu, ia masih menangisi lelaki nya itu yang sedang terbaring tak berdaya.

Yang dipikirannya saat ini yaitu kesembuhan Haidar,bagaimana cara untuk menyembuhkan kaki lelakinya itu. Setelah beberapa menit kemudian akhirnya Eri dipersilakan untuk melihat keadaan Haidar. Ia berjalan dengan tangisan yang tidak berhenti itu,hingga saat nya ia sampai di samping Haidar, ia duduk di sebelah lelaki itu sambil menggenggam tangan lelakinya.

Haidar Sayang Bangun yuk.. Aku kangen..“ Eri menatap Haidar dalam,ia sangat terpukul atas apa yang telah menimpa lelakinya itu. “Sayang,Nanti kita main lagi ya?kita ke pantai,kita camp lagi..Terserah kamu mau kemana yang penting bangun ya?jangan tinggalin aku..Aku sayang banget sama kamu..

Eri hanya bisa menangis di samping lelaki nya itu,ia masih menggenggam erat tangan Haidar, ia tidak ingin melepaskan genggaman tangan itu hingga akhirnya suster datang menghampirinya.

“Permisi Mbak maaf, waktu menjenguk sudah habis,mbak silahkan pulang biar pasien kami yang jaga.” Pinta suster itu.

“Saya bisa nginep disini gak sus?saya gamau ninggalin pacar saya..”

“Maaf mbak tidak bisa, ini sudah ketentuan dari rumah sakit bahwa pasien butuh istirahat yang tenang.” “Hikss.. Sayang.. Aku pulang dulu ya? besok aku kesini lagi, kamu harus kuat okay?aku sayang banget sama kamu.” Pamit Eri sambil mengecup kening Haidar.

Eri pun pergi meninggalkan Haidar di rumah sakit itu,ia kembali pulang kerumah nya dengan mata bengkak nya akibat menangisi Haidar. Perasaan nya tidak tenang tentang Haidar, ia takut jika Haidar pergi meninggalkannya.

Haidar

gue harap lo bisa bangun dan sembuh kembali seperti semula gue kangen.

Papermint

“Gajelas!” Jean menggerutu sambil memandangi layar ponselnya.

Kia yang mendengar suara itu langsung menoleh pada Jean.

“Loh kenapa kak? siapa yang gak jelas?” Tanya Kia.

“Ini anjir Haidar gajelas, gua telpon malah dimatiin” Jawab Jean.

“Ohh yaudah biarin lah kak, mungkin aa lagi sibuk atau lagi sama pacar nya hehe” Ucap Kia sambil menenangkan Jean.

“Hufftt yaudah lah ayo lanjut lagi.” Balas Jean.

Mereka pun berjalan menuju arah tkp yaitu di parkiran yang dimana tempat tersebut tempat terjadinya Kia di culik.

“Ki, waktu itu lo disini kan nunggu gua? terus yang lo inget apa lagi? selain tempat ini.” Tanya Rakha pada Kia.

“Iya kak waktu itu Kia nunggu disini, terus tiba-tiba ada yang bekap Kia terus langsung narik gitu dibawa ke mobil kayanya deh.” Jawab Kia.

“Terus pas di mobil lo liat sesuatu gak di dalam mobil itu?” Tanya Rakha kembali.

“Gak kak, kepala Kia tiba-tiba kaya pusing gitu terus bangun-bangun ya dirumah kosong itu”

“Emm lo nyium bau orang itu gak Ki? biasa nya kan kalo deket-deket tuh pasti kecium ya baunya.” Tanya Clara.

“Kayanya nyium deh kaya bau parfum nya siapa ya…”

Kia terdiam,ia mencoba mengingat bau yang sempat ia hirup ketika dirinya diculik. Samar-samar dalam ingatannya terlintas bau yang begitu familiar. Aroma papermint persis seperti aroma parfum yang biasa haidar gunakan. Kia menggeleng, berusaha menepis dugaan yang baru saja ia pikirkan. Bau aa? Gamungkin... batinnya

“Heii Kii, lo kenapa?” Tanya Reina sambil menggoyangkan tubuh Kia.

“Hah? kenapa?” Tanya Kia kembali dengan kebingungan.

“Lo yang kenapa? tiba-tiba bengong gitu.. Mikirin apa sih?” Tanya Clara.

“Itu.. Apasih namanya, emm, ah iyaa bau nya bau yang tadi, gue lagi nginget bau tadi hehe” Jawab Kia.

“Ih kirain kenapa.. Yaudah kalo emang belom inget gapapa Ki gausah dipaksa dari pada lo kenapa kenapa..” Ucap Reina dengan khawatir.

“Yaudah yang penting kita tau lokasi kejadiannya dimana, tinggal cari tau ciri-ciri orang tersebut kaya gimana, karena sekarang udah sore juga mending kita pulang,besok kita lanjut lagi.” Sambung Rakha.

“Yodah ayo, eh tapi makan dulu laper nih gua..” Ucap Jean sambil memegang perutnya.

“Iya nih laper, gimana kalo makan di cafe deket sekolah?” Tawar Clara.

“Iya tuh boleh boleh,kuy lah” Ajak Reina.

“Kuyy” Jawab bersamaan.

Mereka pun akhirnya pergi dari tempat itu dan menuju ke tempat makan yang ada di dekat sekolahnya.

Setelah beberapa menit mereka pun sampai di tempat makan itu kemudian langsung menuju meja makan tersebut.

“Emm guys gue ke toilet dulu ya, kalian pesen duluan aja” Ucap Kia.

“Mau gue temenin gak Ki?” Tawar Reina.

“Gausah Rei, bentar doang kok”

“Yaudah sana”

Kia pun pergi ke toilet, sebenarnya ia hanya ingin menyendiri, ia masih kepikiran soal parfum itu, bagaimana bisa parfum itu sama persis seperti yang Haidar pakai.

Papermint, terlintas di pikiran Kia saat ini.

“Gajelas!” Jean menggerutu sambil memandangi layar ponselnya.

Kia yang mendengar suara itu langsung menoleh pada Jean.

“Loh kenapa kak? siapa yang gak jelas?” Tanya Kia.

“Ini anjir Haidar gajelas, gua telpon malah dimatiin” Jawab Jean.

“Ohh yaudah biarin lah kak, mungkin aa lagi sibuk atau lagi sama pacar nya hehe” Ucap Kia sambil menenangkan Jean.

“Hufftt yaudah lah ayo lanjut lagi.” Balas Jean.

Mereka pun berjalan menuju arah tkp yaitu di parkiran yang dimana tempat tersebut tempat terjadinya Kia di culik.

“Ki, waktu itu lo disini kan nunggu gua? terus yang lo inget apa lagi? selain tempat ini.” Tanya Rakha pada Kia.

“Iya kak waktu itu Kia nunggu disini, terus tiba-tiba ada yang bekap Kia terus langsung narik gitu dibawa ke mobil kayanya deh.” Jawab Kia.

“Terus pas di mobil lo liat sesuatu gak di dalam mobil itu?” Tanya Rakha kembali.

“Gak kak, kepala Kia tiba-tiba kaya pusing gitu terus bangun-bangun ya dirumah kosong itu”

“Emm lo nyium bau orang itu gak Ki? biasa nya kan kalo deket-deket tuh pasti kecium ya baunya.” Tanya Clara.

“Kayanya nyium deh kaya bau parfum nya siapa ya…”

Kia terdiam,ia mencoba mengingat bau yang sempat ia hirup ketika dirinya diculik. Samar-samar dalam ingatannya terlintas bau yang begitu familiar. Aroma papermint persis seperti aroma parfum yang biasa haidar gunakan. Kia menggeleng, berusaha menepis dugaan yang baru saja ia pikirkan. Bau aa? Gamungkin... batinnya

“Heii Kii, lo kenapa?” Tanya Reina sambil menggoyangkan tubuh Kia.

“Hah? kenapa?” Tanya Kia kembali dengan kebingungan.

“Lo yang kenapa? tiba-tiba bengong gitu.. Mikirin apa sih?” Tanya Clara.

“Itu.. Apasih namanya, emm, ah iyaa bau nya bau yang tadi, gue lagi nginget bau tadi hehe” Jawab Kia.

“Ih kirain kenapa.. Yaudah kalo emang belom inget gapapa Ki gausah dipaksa dari pada lo kenapa kenapa..” Ucap Reina dengan khawatir.

“Yaudah yang penting kita tau lokasi kejadiannya dimana, tinggal cari tau ciri-ciri orang tersebut kaya gimana, karena sekarang udah sore juga mending kita pulang,besok kita lanjut lagi.” Sambung Rakha.

“Yodah ayo, eh tapi makan dulu laper nih gua..” Ucap Jean sambil memegang perutnya.

“Iya nih laper, gimana kalo makan di cafe deket sekolah?” Tawar Clara.

“Iya tuh boleh boleh,kuy lah” Ajak Reina.

“Kuyy” Jawab bersamaan.

Mereka pun akhirnya pergi dari tempat itu dan menuju ke tempat makan yang ada di dekat sekolahnya.

Setelah beberapa menit mereka pun sampai di tempat makan itu kemudian langsung menuju meja makan tersebut.

“Emm guys gue ke toilet dulu ya, kalian pesen duluan aja” Ucap Kia.

“Mau gue temenin gak Ki?” Tawar Reina.

“Gausah Rei, bentar doang kok”

“Yaudah sana”

Kia pun pergi ke toilet, sebenarnya ia hanya ingin menyendiri, ia masih kepikiran soal parfum itu, bagaimana bisa parfum itu sama persis seperti yang Haidar pakai.

Papermint, terlintas di pikiran Kia saat ini.

“Gajelas!” Jean menggerutu sambil memandangi layar ponselnya.

Kia yang mendengar suara itu langsung menoleh pada Jean.

“Loh kenapa kak? siapa yang gak jelas?” Tanya Kia.

“Ini anjir Haidar gajelas, gua telpon malah dimatiin” Jawab Jean.

“Ohh yaudah biarin lah kak, mungkin aa lagi sibuk atau lagi sama pacar nya hehe” Ucap Kia sambil menenangkan Jean.

“Hufftt yaudah lah ayo lanjut lagi.” Balas Jean.

Mereka pun berjalan menuju arah tkp yaitu di parkiran yang dimana tempat tersebut tempat terjadinya Kia di culik.

“Ki, waktu itu lo disini kan nunggu gua? terus yang lo inget apa lagi? selain tempat ini.” Tanya Rakha pada Kia.

“Iya kak waktu itu Kia nunggu disini, terus tiba-tiba ada yang bekap Kia terus langsung narik gitu dibawa ke mobil kayanya deh.” Jawab Kia.

“Terus pas di mobil lo liat sesuatu gak di dalam mobil itu?” Tanya Rakha kembali.

“Gak kak, kepala Kia tiba-tiba kaya pusing gitu terus bangun-bangun ya dirumah kosong itu”

“Emm lo nyium bau orang itu gak Ki? biasa nya kan kalo deket-deket tuh pasti kecium ya baunya.” Tanya Clara.

“Kayanya nyium deh kaya bau parfum nya siapa ya…”

Kia terdiam,ia mencoba mengingat bau yang sempat ia hirup ketika dirinya diculik. Samar-samar dalam ingatannya terlintas bau yang begitu familiar. Aroma Giorgio Armani persis seperti aroma parfum yang biasa haidar gunakan. Kia menggeleng, berusaha menepis dugaan yang baru saja ia pikirkan. Hah bau aa? Gamungkin... batinnya

  • Ketemu -

POV REINA&JEAN

“Kak lo aja deh yang masuk” Ucap Reina sambil menarik Jean kedepan.

“Lo aja lah, lo kan di depan pemimpin”

“Yee dimana mana tuh ya pemimpin cowo bukan cewe, udah deh lo aja gue tunggu sini”

“Yakin lo mau nunggu sini?sendirian?”

“Hmm enggak si, yaudah deh masuk bareng tapi lo di depan”

“Kata gua juga apa, sebelahan”

“Modus lo, udah ah gece”

“Iyaiya elah”

Akhirnya mereka pun masuk kerumah tersebut.

“Kak pelan pelan jalannya” Bisik Reina pada Jean sambil memegang baju Jean.

“Ini udah pelan Rei, lo jangan pegang baju gua”

“Ya terus pegang apa dong”

“Pegang tangan gua oke”

Reina terdiam saat Jean memegang tangannya, Karena baru pertama kali Reina merasakan genggaman lelaki setelah ayah nya.

“Kak”

“Hm”

“bangsat dia jawab hm” batin Reina.

“Kenapa?”

“Hah.. Ngg-akk”

“Lucu banget sih Rei” gumam Jean.

“Ngomong apa kak?”

“Siapa yang ngomong, udah diem diem mending kita jalan”

“Ya ini kita dari tadi jalan..”

“Iya juga si”

“Aneh lo kak”

Jean pun tersenyum melihat Reina, saat itu posisi Reina berada disamping Jean, ia menggenggam erat tangan Jean karena takut terjadi sesuatu pada nya.

“Rei lo denger suara gak?”

“Suara apaan kak? Gausah bikin gue takut deh”

“Gua serius Rei denger gak?”

BRUKKK

“AAAAA” Reina menjerit dan Reflek memeluk Jean.

“HAHA.. Reii itu cuman kayu jatoh,lo ngapain kaget banget kaya gini?sampe meluk gua segala”

“IHH KAK JEAN RESE SEBELL” Teriak Reina sambil memukul Jean dengan pelan.

“Aww sakit Reii” Ucap Jean sambil pura-pura kesakitan.

“Ehh serius kak? bagian mana?” Tanya Reina dengan panik sambil mengecek badan Jean.

“Haha segitu khawatirnya lo sama gua Rei”

“Kak Jean!! udah ah jangan kaya gini”

“Iyaiyaa, yaudah ayo kita coba cari diatas tadi sih gua denger suaranya diatas”

“Yaudah ayo”

Akhirnya mereka pun naik ke lantai atas rumah tersebut.

POV KIA

“Aww” Rintih Kia. “Gue dimana?” “Kepala gue aww sakit bangett”

Kia pun tersadar dari pingsan nya itu, ia langsung mencari hp nya di sebelahnya namun tidak ditemukan.

“Gue dari kapan disini?Hp gue kemana” “Arghh sakit banget kepala guee”

Kia merintih kesakitan, ia berusaha membuka tali yang ada pada kaki dan tangannya.

“Tolongg.. Tolongg, Aww” serunya lirih, berusaha berteriak namun hanya bisikan yang keluar.

Kia meminta pertolongan berkali kali namun belum ada jawaban dari tempat itu.

POV REINA&JEAN

“Kak bentar, lo denger suara gak? kaya minta tolong gitu”

“Eh iya gua denger,kayanya beneran diatas deh”

“Iya kak ayo ayo gece”

Reina dan Jean pun berlari ke ruangan lantai atas itu.

“Kak.. Itu Kia kan?” Tanya Reina sambil menunjuk ke arah Kia.

Ia melihat Kia tak berdaya yang kesusahan membuka tali yang mengikat tubuhnya.

“Iya itu Kia, Ayo samperin Rei”

Mereka pun akhirnya menghampiri Kia.

“Kiaaaaaa, yaampun Kiaaaa gue kangen banget sama loooo, lo gapapa kan Kii? ada yg luka? hah?” Ucap Reina sambil memeluk Kia dengan erat dan memeriksa tubuh Kia.

“Reinaaaa” “Hikss Gue takut Reii hikss” Ucap Kia dengan membalas pelukan Reina dan menangis dipelukannya.

“Enggak Ki,sekarang lo aman ya ada gue sama kak Jean disini oke,jangan nangis ya Ki, gue disini kok” Balas Reina sambil mengelus kepala Kia.

“Rei.. lo berdua aja?Clara?Kak Rakha?aa?”

“Clara sama Kak Rakha ga bareng gue Ki,kita mencar buat nyari lo,nanti kita ketemu disana lagi”

“Kalo aa kemana?”

Reina terdiam.

“Hmm.. Ki sekarang pikirin diri lo dulu yaa, yang penting lo udah ketemu, biar gua kabarin yang lain ya” Sambung Rakha.

“Hmm oke kak” Jawab Kia.

“Ki tapi lo ga di apa apain kan?ga luka kan?”

“Enggak kok Rei gue cuman pusing aja tadi bener bener sakit banget kepala gue..”

“Hufftt syukur deh nanti biar kita periksa ke dokter ya..Biar gue bantu lo dulu buat lepasin talinya”

“Oke Rei”

Reina pun membantu Kia melepaskan tali yang mengikat pada tubuh Kia, sedangkan Jean ia menghubungi Rakha bahwa Kia sudah ketemu.

ICU

Dengan cepat ia berlari menuju ruang ICU dimana tempat Haidar dirawat. Ia hanya bisa menangis di depan ruangan tersebut.

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya dokter keluar dari ruangan itu dan menghampiri Eri.

“Dok gimana keadaan pacar saya?dia baik-baik aja kan?dia bakal sembuh kan dok?” Tanya Eri sambil menggenggam tangan dokter dalam keadaan masih menangis.

“Tenang ya mbak, Pasien masih dalam pemulihan ada kemungkinan ia bisa sembuh kembali tapi kemungkinan itu hanya kecil jadi saya tidak bisa memutuskan kesembuhan nya,kita berdoa saja sama yang maha kuasa agar pasien segera pulih.” Jawab Dokter.

“Hiks,tapi Haidar bakal sembuh kan dok?..Hikss” Tanya Eri dengan lemas.

“Semoga saja ya, saya permisi.” Pamit Dokter.

“Terimakasih dok.” Jawab Eri.

Eri pun duduk kembali diruang tunggu, ia masih menangisi lelaki nya itu yang sedang terbaring tak berdaya.

Yang dipikirannya saat ini yaitu kesembuhan Haidar,bagaimana cara untuk menyembuhkan kaki lelakinya itu.

Setelah beberapa menit kemudian akhirnya Eri dipersilakan untuk melihat keadaan Haidar.

Ia berjalan dengan tangisan yang tidak berhenti itu,hingga saat nya ia sampai di samping Haidar, ia duduk di sebelah lelaki itu sambil menggenggam tangan lelakinya.

Haidar Sayang Bangun yuk.. Aku kangen..

Eri menatap Haidar dalam,ia sangat terpukul atas apa yang telah menimpa lelakinya itu.

Sayang bangun yuk..Nanti kita main lagi ya?kita ke pantai,camp lagi..Terserah kamu mau kemana yang penting bangun ya?jangan tinggalin aku..Aku sayang banget sama kamu..

Eri hanya bisa menangis di samping lelaki nya itu,ia masih menggenggam erat tangan Haidar, ia tidak ingin melepaskan genggaman tangan itu hingga akhirnya suster datang menghampirinya.

“Permisi Mbak maaf, waktu menjenguk sudah habis,mbak silahkan pulang biar pasien kami yang jaga.” Pinta suster itu.

“Saya bisa nginep disini gak sus?saya gamau ninggalin pacar saya..”

“Maaf mbak tidak bisa, ini sudah ketentuan dari rumah sakit bahwa pasien butuh istirahat yang tenang.”

“Hikss.. Sayang.. Aku pulang dulu ya? besok aku kesini lagi, kamu harus kuat okay?aku sayang banget sama kamu.” Pamit Eri sambil mengecup kening Haidar.

Eri pun pergi meninggalkan Haidar di rumah sakit itu,ia kembali pulang kerumah nya dengan mata bengkak nya akibat menangisi Haidar. Perasaan nya tidak tenang tentang Haidar, ia takut jika Haidar pergi meninggalkannya.

Haidar

gue harap lo bisa bangun dan sembuh kembali seperti semula gue kangen.