sunflocityy

Sadar

Saat ini Arka masih berada di samping Zean, ia mengenggam tangan Zean dengan erat. Arka tidak ingin melepaskan genggamannya itu, ia benar benar merindukan sosok wanitanya.

“Ka, udah napa sih natap nya, aku loncat dari kasur mau?” Zean menegur Arka yang sedang memperhatikannya.

“Gausah macem macem ya, abisnya kamu lagi di rawat aja cantiknya gak ilang.”

“Gombal banget, dasar crocodile,”

“Gapapa yang penting sama kamu, dari pada sama yang lain? Iya gakk?”

“Iya deh terserah, btw Heksa sama yang lainnya kemana deh?”

“Aku usir,”

“Arkaa, yang bener ajaa? Aku pengen ketemu mereka, yaaa?”

“Haha iyaiya, nanti aku panggil,”

“Mau nya sekarangg,”

“Sekarang? but i still miss you now..”

“Iyaaa i know, tapi ada yang mau aku omongin sama mereka,”

“Tentang?”

“Papa.”

Arka memahami perasaan Zean saat mendengar Zean menyebut papa nya itu, kemudian ia segera bangkit dari duduk nya dan keluar ruangan untuk memanggil Heksa dan yang lainnya.

Saat itu Aderfia berkumpul dan Arka memilih untuk menunggu di luar karena saat ini ruangan itu menjadi privasi bagi mereka.

“Ada apa?” tanya Heksa pada Zean.

“Lo pada ga kangen gue? Jahat banget si,” balas Zean dengan sinis.

“Gue sebel kak sama lo, kenapa waktu itu pulang gak nunggu kita? Kenapa lo milih sendiri? Coba kalo lo gak sendiri gak bakal kaya gini kak, coba lo minta dianter bang Arka, atau siapapun. Ga akan lo terbaring disini,” balas Heksa dengan kesal.

“Udah ngomongnya? Gini ya Heksa, Najen, Jeviar, Reza. Dengerin gue, ya? Gue cuman gamau ngerepotin kalian, gue cum-”

“Gak gak gak, lo gak ngerepotin kita sama sekali kak sumpah,”

“Na, dengerin dulu.”
“Gue cuman ga pengen ganggu kalian lagi main, kalian bosen kan dirumah? Gue cuman ga pengen di saat kalian lagi asik terus gue tiba tiba minta pulang, gue tau rasanya gimana, disaat lo lagi main game terus gue minta pulang ke kalian, ga enak kan? Maka dari itu gue pulang sendiri. Gue ga minta di anter sama Arka juga karena gue ga pengen Arka jauh jauh anter gue, kasian dia cape. Kalian tau gak hal terpenting disaat gue pengen pulang itu karena apa?”

Mereka menggelengkan kepalanya.

“Gue kangen papa.” “Gue kangen kasih sayang seorang papa, mama. Gue pengen balik lagi kaya dulu dimana papa sama mama masih berkumpul bersama.”

Walaupun gue gatau siapa orang tua gue sebenernya, tapi yang pasti gue kangen sama sosok mereka.

Tanpa ia sadari air matanya menetes sehingga membasahi pipinya itu.

“Kak, udah.. Gausah cerita lagi, ya? Lo istirahat aja biar bisa cepet pulang, udah ya lo jangan nangis lagi,” ucap Heksa sambil menghapus air mata Zean.

“Gue cape istirahat, gue pengen ngobrol sama kalian.”

Walaupun kalian bukan adik kandung gue, gue bakal tetep sayang sama kalian layaknya seorang kakak menyayangi adiknya.

“Kak, gue minta maaf ya, maaf gue belum bisa jadi adik yang terbaik buat lo,” ucap Najendra sambil menundukkan kepalanya.

“Enggak, Na. Lo baik banget sama gue, lo baik, lo ga perlu minta maaf. Disini gaada yang salah, jadi jangan pernah merasa bersalah, ya? Gue sakit juga bukan salah kalian, mungkin guenya aja lagi kacau jadi nge drop gini.”

“Gue sayang banget sama kalian, tetep jadi adik gue yaa? Jangan pernah berubah.”

Zean menatap adik nya satu persatu dengan tatapan penuh kasih sayang itu, kemudian Heksa yang melihat hal itu segera memeluk Zean dengan erat. Pelukan itu seketika berubah menjadi lebih berat karena pelukan susulan dari yang lainnya.

Mereka saling memeluk erat bersamaan, keadaan Zean saat ini mulai membaik saat di peluk oleh adik kesayangannya itu.

Zean tersenyum.

Makasih ya udah mau nerima gue jadi bagian dari Aderfia, maaf kalo nanti nya kita gak bisa bersama sama. Karena pada akhirnya semua akan terbongkar oleh semesta.

Setelah itu mereka melepaskan pelukannya satu persatu dan duduk kembali di sebelah tempat tidur yang Zean pakai saat ini.

“Kak gue mau nanya deh,” ucap Reza sambil merapihkan rambutnya.

“Kenapa?” tanya Zean kembali.

“Lo marah ga kalo kita selama di kampus ga anggep lo sebagai kakak? Gak ngakuin lo sebagai sodara kita?”

“Marah sih engga ya, cuman gimana ya, gue ngerasa ga di hargain aja gitu, tapi yaudah lah gapapa yang penting kan dirumah enggak.”

“Iya sih kak tapi gimana ya, gue ngerasa bersalah banget kaya gitu,”

“Gapapa Za, gue paham kok hehe.”

“Oh iya Na, tolong turunin ini senderannya gue mau tidur lagi ngantukkk bangettt, efek obat kali yaaa,” sambung Zean.

“Bentar bentar, dah. Segini cukup ga?” tanya Najen sambil menekan remot kontrol pada ranjang Zean.

“Udah cukup, thanks ya, gue mau tidur dulu. Kalo kalian mau makan, makan aja pesen online tar biar gue gantii uangnya,” ucap Zean.

“Iyaa gampang kak, yaudah lo istirahat lagi, kalo butuh apa apa kabarin,” balas Heksa.

“Okee,”

Zean pun kembali tidur dan masuk ke dalam mimpinya, sebenarnya ia tidak ingin tidur. Ia masih ingin berbincang dengan adiknya itu, tetapi dirinya sudah tidak kuat untuk menahan air mata agar tidak menetes. Jujur, rasanya sakit. Rasanya sakit di saat kita hadir di dunia ini tetapi tidak pernah di anggap hadir disini.

Gue tidur dulu ya, semoga besok kita masih bisa bersama,” batin Zean.

Mimpi

Arka masih mengenggam tangan Zean dengan erat, ia memperhatikan dengan tatapan yang penuh kekhawatirannya itu. Yang Arka harapkan saat ini hanyalah kesadaran Zean, ia berdoa agar Zean cepat sadar dari pingsannya itu.

“Ze, bangun ayo. Nanti kalo lo bangun, gue beliin seblak deh, janji.” Arka menetes air mata nya sehingga terjatuh di genggamannya itu.

Kepala nya menunduk, merasa lelah hingga akhirnya tanpa di sadari ia tertidur di sisi kasur Zean.

Setelah beberapa menit kemudian, Zean mulai tersadar. Ia membuka matanya perlahan hingga sadar melihat pemandangan yang sangat indah di depannya.

Ia melihat Arka sedang tertidur pulas di sampingnya itu. Zean mengangkat tangannya dan memegang kepala Arka, ia mengelus kepala Arka dengan pelan.

“Ka, cape ya? Maaf ya aku bikin kamu khawatir gini,” ucap Zean dengan nada lemasnya itu.

Arka merasakan pergerakkan yang ada di kepalanya, ia merasa ada yang memegang kepalanya itu. Arka segera bangun dari tidurnya dan melihat kembali keadaan Zean.

“Ze, lo sadar? Ze jawab gue! Tadi lo kan yang manggil gue? Tadi lo kan yang megang kepala gue? Ze jawab!”

Arka mengira bahwasanya Zean lah yang membangunkan tidur nya tadi, tapi ternyata itu hanya sebuah cerita yang masuk ke dalam mimpi Arka.

Mimpi

Arka masih mengenggam tangan Zean dengan erat, ia memperhatikan dengan tatapan yang penuh kekhawatirannya itu. Yang Arka harapkan saat ini hanyalah kesadaran Zean, ia berdoa agar Zean cepat sadar dari pingsannya itu.

“Ze, bangun ayo. Nanti kalo lo bangun, gue beliin seblak deh, janji.” Arka menetes air mata nya sehingga terjatuh di genggamannya itu.

Kepala nya menunduk, merasa lelah hingga akhirnya tanpa di sadari ia tertidur di sisi kasur Zean.

Setelah beberapa menit kemudian, Zean mulai tersadar. Ia membuka matanya perlahan hingga sadar melihat pemandangan yang sangat indah di depannya.

Ia melihat Arka sedang tertidur pulas di sampingnya itu. Zean mengangkat tangannya dan memegang kepala Arka, ia mengelus kepala Arka dengan pelan.

“Ka, cape ya? Maaf ya aku bikin kamu khawatir gini,” ucap Zean dengan nada lemasnya itu.

Arka merasakan pergerakkan yang ada di kepalanya, ia merasa ada yang memegang kepalanya itu. Arka segera bangun dari tidurnya dan melihat kembali keadaan Zean.

“Ze, lo sadar? Ze jawab gue! Tadi lo kan yang manggil gue? Tadi lo kan yang megang kepala gue? Ze jawab!”

Arka mengira bahwasanya Zean lah yang membangunkan tidur nya tadi, tapi ternyata itu hanya sebuah cerita yang masuk ke dalam mimpi Arka.

Demam

CW // Harsh Word

Dengan emosi nya yang tidak bisa di tahan akhirnya Heksa membuka paksa pintu rumah nya dengan keras sehingga membuat Jeviar, Najen dan Reza kaget melihat perlakuan Heksa saat ini.

“Sa, sabar dulu anjing. Kalo rusak lo mau ganti? Mikir pake otak!” Jeviar melihat Heksa tajam dan langsung bergegas menuju ke kamar Zean.

Najen dan Reza pun menyusul Jeviar ke dalam, saat ini Heksa hanya mematung di depan pintu, ia melihat kerusakan yang ada di pintu tersebut.

Sa, apa yang udah lo perbuat anjing,”batin Heksa.

Heksa pun segera menyusul ke dalam dan menghampiri Zean. Saat ini Zean terbaring lemah di kasur nya itu bersama tangisan nya yang sudah membasahi bantalnya saat ini.

Jeviar yang melihat hal itu langsung menghampiri Zean dan segera mengecek keadaan nya, saat Jeviar memegang dahi Zean, rasanya berbeda. Panas, sangat panas.

“Na, telfon ambulan Na, cepet!” Jeviar meminta Najen menelpon ambulan dan segera menggendong Zean keluar dari kamar nya.

“Jev, kak Zean kenapa?” tanya Reza.

“Kak Zean demam, panasnya tinggi banget, bantuin gue Za gendong kak Zean,” pinta Jeviar.

“Okeoke bentar,” balas Reza.

Kemudian Jeviar dan Reza membawa Zean keluar dari kamarnya dan menunggu di ruang tengah sampai ambulan datang.

“Kak Zeann, kak, sumpah lo kenapa.. Kak please bangun, kak gue sayang sama lo, ayo bangun, jangan kaya gini…” Heksa menepuk pipi Zean pelan untuk menyadarkan Zean.

“Sa, udah Sa.. Kak Zean cuman demam sekarang kita tunggu ambulan ya, nanti di rumah sakit gue yakin kak Zean pasti sembuh,” ucap Najen sambil menenangkan Heksa.

“Cuman lo bilang? Dia kakak lo Na, kakak tertua lo, kalo lo sayang sama dia pasti lo khawatir Na sama dia,”

“Gue khawatir Sa, tapi gak gini, cara lo salah Sa.. Lo udah rusakin pintu rumah, bangunin kak Zean yang pingsan, lo salah.”

“Udah cukup, kalo lo pada sayang kak Zean, diem. Jangan ribut!”

“Ah bangsat, mana sih ambulannya lama banget, kenapa ga pake mobil kita aja sih?”

“Tolol Heksa, bukannya bilang lo dari tadi,”

“Lo bego Jev, ngapain nelpon ambulan disaat kita punya mobil?”

“Ya sorry, gue panik anjir, yaudah sana lo siapin mobil biar gue nunggu di depan,”

“Kunci mana?”

“Tempat biasa,”

Heksa pun pergi mengambil kunci mobil di laci kamar Jeviar, ia pun segera menyalakan mobil tersebut dan membawa ke depan rumah.

Setelah itu mereka pun masuk ke dalam mobil dan Heksa melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi agar ia sampai dirumah sakit dengan cepat.

P

Baikan Lagi

Alana segera turun dari rooftop dan menuju ke warung bi Enah, ia tidak peduli jika di warung tersebut banyak lelaki, yang penting dirinya bisa membuat Abian menjadi lebih baik.

Setelah sampai di warung, ia berhenti memandangi sosok Abian yang sedang menghisap rokok nya itu. Ia merasa kecewa, karena biasanya Abian tidak pernah melakukan hal tersebut.

Dengan perasaan yang campur aduk akhirnya Alana memberanikan dirinya untuk mendekati Abian.

“Cukup Bi, udah ya, ikut gue sekarang.” Alana melepaskan batang rokok yang Abian pegang, kemudian langsung menarik tangan Abian dan membawa nya pergi dari tempat itu.

“Apa sih Al? Mau apa lagi? Ha?” tanya Abian dengan emosi sambil melepaskan tangan yang di genggam oleh Alana.

“Bi, gue tau lo strees, gue tau lo pusing, lo capek, tapi ga gini caranya.”

“Al, terserah gue mau lakuin apa aja, lo gaada hak buat larang gue Al.”

“Bi, gue temen lo, gue peduli sama lo, gue cuman gamau kesehatan lo jadi ga baik.”

“Peduli apa lo sama gue? Bahkan lo aja mau pergi kan ninggalin gue? Lo mau istirahat kan? Gamau ketemu gue lagi kan? Tapi kenapa lo masih nemuin gue Al? Kenapa?”

“Bi, lo sadar ga sih kalo lo lakuin kesalahan yang buat gue kaya gitu? Gue gamau ketemu lo karena lo Bi, karena kesalahan lo.”

“Gue masih gatau dimana letak kesalahan gue Al, gue larang lo kpop an? Enggak kan? Bahkan gue udah bebasin lo mau beli kertas ganteng kek mau nonton konser kek, apalagi Al? Apa kesalahan gue?”

“Gue gak suka Bi kalo lo bawa-bawa Tama di antara kita.”

“Tama? Sejak kapan? Sejak kapan gue bawa Tama, Al?”

“Lo ga sadar atau gimana sih? Setiap gue jalan sama lo pasti lo bawa Tama, lo selalu ledekin gue sama Tama. Kenapa Bi?”

“Gue ga suka Al kalo lo deket sama Tama, gue gasuka.”

“Jadi lo larang gue deket sama Tama? Lo cemburu sama Tama? Bi, gue sama Tama cuman temen, lo gausah cemburu kaya gitu.”

Lagian juga Bi, gue sukanya sama lo bukan Tama.

“Udah ya, Bi? Jangan kaya gini lagi, gue gasuka lo lakuin hal kaya tadi, sakit Bi, hati gue sakit liat nya.”

“Maaf Al, maafin gue, maaf sikap gue kaya anak kecil.”

“Gue maafin lo, tapi lo janji jangan bawa bawa Tama diantara kita.”

Kita ya, Al?

“Iyaa Al, maafin gue, ya?”

“Iyaa Bi, lo kalo ada apa apa cerita sama gue, ya? Lampiasin ke gue, jangan ke rokok.”

“Iyaa Al,”

“Yaudah mending ke sekre, istirahat dulu.”

“Iyaa ayo,”

Setelah berbaikan Alana dan Abian pun pergi ke sekre untuk istirahat sejenak, mereka menenangkan pikiran nya masing-masing.

Abian sibuk dengan baju nya yang sudah tak karuan, dan Alana hanya duduk memperhatikan Abian yang sedang membenarkan bajunya.

“Bi, jangan gini lagi ya, gue ga suka sama sikap lo kaya tadi.”

“Iya Alana.”

Baikan Lagi

Alana segera turun dari rooftop dan menuju ke warung bi Enah, ia tidak peduli jika di warung tersebut banyak lelaki, yang penting dirinya bisa membuat Abian menjadi lebih baik.

Setelah sampai di warung, ia berhenti memandangi sosok Abian yang sedang menghisap rokok nya itu. Ia merasa kecewa, karena biasanya Abian tidak pernah melakukan hal tersebut.

Dengan perasaan yang campur aduk akhirnya Alana memberanikan dirinya untuk mendekati Abian.

“Cukup Bi, udah ya, ikut gue sekarang.” Alana melepaskan batang rokok yang Abian pegang, kemudian langsung menarik tangan Abian dan membawa nya pergi dari tempat itu.

“Apa sih Al? Mau apa lagi? Ha?” tanya Abian dengan emosi sambil melepaskan tangan yang di genggam oleh Alana.

“Bi, gue tau lo strees, gue tau lo pusing, lo capek, tapi ga gini caranya.”

“Al, terserah gue mau lakuin apa aja, lo gaada hak buat larang gue Al.”

“Bi, gue temen lo, gue peduli sama lo, gue cuman gamau kesehatan lo jadi ga baik.”

“Peduli apa lo sama gue? Bahkan lo aja mau pergi kan ninggalin gue? Lo mau istirahat kan? Gamau ketemu gue lagi kan? Tapi kenapa lo masih nemuin gue Al? Kenapa?”

“Bi, lo sadar ga sih kalo lo lakuin kesalahan yang buat gue kaya gitu? Gue gamau ketemu lo karena lo Bi, karena kesalahan lo.”

“Gue masih gatau dimana letak kesalahan gue Al, gue larang lo kpop an? Enggak kan? Bahkan gue udah bebasin lo mau beli kertas ganteng kek mau nonton konser kek, apalagi Al? Apa kesalahan gue?”

“Gue gak suka Bi kalo lo bawa-bawa Tama di antara kita.”

“Tama? Sejak kapan? Sejak kapan gue bawa Tama, Al?”

“Lo ga sadar atau gimana sih? Setiap gue jalan sama lo pasti lo bawa Tama, lo selalu ledekin gue sama Tama. Kenapa Bi?”

“Gue ga suka Al kalo lo deket sama Tama, gue gasuka.”

“Jadi lo larang gue deket sama Tama? Lo cemburu sama Tama? Bi, gue sama Tama cuman temen, lo gausah cemburu kaya gitu.”

Lagian juga Bi, gue sukanya sama lo bukan Tama.

“Udah ya, Bi? Jangan kaya gini lagi, gue gasuka lo lakuin hal kaya tadi, sakit Bi, hati gue sakit liat nya.”

“Maaf Al, maafin gue, maaf sikap gue kaya anak kecil.”

“Gue maafin lo, tapi lo janji jangan bawa bawa Tama diantara kita.”

Kita ya, Al?

“Iyaa Al, maafin gue, ya?”

“Iyaa Bi, lo kalo ada apa apa cerita sama gue, ya? Lampiasin ke gue, jangan ke rokok.”

“Iyaa Al,”

“Yaudah mending ke sekre, istirahat dulu.”

“Iyaa ayo,”

Setelah berbaikan Alana dan Abian pun pergi ke sekre untuk istirahat sejenak, mereka menenangkan pikiran nya masing-masing.

Abian sibuk dengan baju nya yang sudah tak karuan, dan Alana hanya duduk memperhatikan Abian yang sedang membenarkan bajunya.

“Bi, jangan gini lagi ya, gue ga suka sama sikap lo kaya tadi.”

“Iya Alana.”

Baikan Lagi

Alana segera turun dari rooftop dan menuju ke warung bi Enah, ia tidak peduli jika di warung tersebut banyak lelaki, yang penting dirinya bisa membuat Abian menjadi lebih baik.

Setelah sampai di warung, ia berhenti memandangi sosok Abian yang sedang menghisap rokok nya itu. Ia merasa kecewa, karena biasanya Abian tidak pernah melakukan hal tersebut.

Dengan perasaan yang campur aduk akhirnya Alana memberanikan dirinya untuk mendekati Abian.

“Cukup Bi, udah ya, ikut gue sekarang.” Alana melepaskan batang rokok yang Abian pegang, kemudian langsung menarik tangan Abian dan membawa nya pergi dari tempat itu.

“Apa sih Al? Mau apa lagi? Ha?” tanya Abian dengan emosi sambil melepaskan tangan yang di genggam oleh Alana.

“Bi, gue tau lo strees, gue tau lo pusing, lo capek, tapi ga gini caranya.”

“Al, terserah gue mau lakuin apa aja, lo gaada hak buat larang gue Al.”

“Bi, gue temen lo, gue peduli sama lo, gue cuman gamau kesehatan lo jadi ga baik.”

“Peduli apa lo sama gue? Bahkan lo aja mau pergi kan ninggalin gue? Lo mau istirahat kan? Gamau ketemu gue lagi kan? Tapi kenapa lo masih nemuin gue Al? Kenapa?”

“Bi, lo sadar ga sih kalo lo lakuin kesalahan yang buat gue kaya gitu? Gue gamau ketemu lo karena lo Bi, karena kesalahan lo.”

“Gue masih gatau dimana letak kesalahan gue Al, gue larang lo kpop an? Enggak kan? Bahkan gue udah bebasin lo mau beli kertas ganteng kek mau nonton konser kek, apalagi Al? Apa kesalahan gue?”

“Gue gak suka Bi kalo lo bawa-bawa Tama di antara kita.”

“Tama? Sejak kapan? Sejak kapan gue bawa Tama, Al?”

“Lo ga sadar atau gimana sih? Setiap gue jalan sama lo pasti lo bawa Tama, lo selalu ledekin gue sama Tama. Kenapa Bi?”

“Gue ga suka Al kalo lo deket sama Tama, gue gasuka.”

“Jadi lo larang gue deket sama Tama? Lo cemburu sama Tama? Bi, gue sama Tama cuman temen, lo gausah cemburu kaya gitu.”

Lagian juga Bi, gue sukanya sama lo bukan Tama.

“Udah ya, Bi? Jangan kaya gini lagi, gue gasuka lo lakuin hal kaya tadi, sakit Bi, hati gue sakit liat nya.”

“Maaf Al, maafin gue, maaf sikap gue kaya anak kecil.”

“Gue maafin lo, tapi lo janji jangan bawa bawa Tama diantara kita.”

Kita ya, Al?

“Iyaa Al, maafin gue, ya?”

“Iyaa Bi, lo kalo ada apa apa cerita sama gue, ya? Lampiasin ke gue, jangan ke rokok.”

“Iyaa Al,”

“Yaudah mending ke sekre, istirahat dulu.”

“Iyaa ayo,”

Setelah berbaikan Alana dan Abian pun pergi ke sekre untuk istirahat sejenak, mereka menenangkan pikiran nya masing-masing.

Abian sibuk dengan baju nya yang sudah tak karuan, dan Alana hanya duduk memperhatikan Abian yang sedang membenarkan bajunya.

“Bi, jangan gini lagi ya, gue ga suka sama sikap lo kaya tadi.”

“Iya Alana.”

Baikan Lagi

Alana segera turun dari rooftop dan menuju ke warung bi Enah, ia tidak peduli jika di warung tersebut banyak lelaki, yang penting dirinya bisa membuat Abian menjadi lebih baik.

Setelah sampai di warung, ia berhenti memandangi sosok Abian yang sedang menghisap rokok nya itu. Ia merasa kecewa, karena biasanya Abian tidak pernah melakukan hal tersebut.

Dengan perasaan yang campur aduk akhirnya Alana memberanikan dirinya untuk mendekati Abian.

“Cukup Bi, udah ya, ikut gue sekarang.” Alana melepaskan batang rokok yang Abian pegang, kemudian langsung menarik tangan Abian dan membawa nya pergi dari tempat itu.

“Apa sih Al? Mau apa lagi? Ha?” tanya Abian dengan emosi sambil melepaskan tangan yang di genggam oleh Alana.

“Bi, gue tau lo strees, gue tau lo pusing, lo capek, tapi ga gini caranya.”

“Al, terserah gue mau lakuin apa aja, lo gaada hak buat larang gue Al.”

“Bi, gue temen lo, gue peduli sama lo, gue cuman gamau kesehatan lo jadi ga baik.”

“Peduli apa lo sama gue? Bahkan lo aja mau pergi kan ninggalin gue? Lo mau istirahat kan? Gamau ketemu gue lagi kan? Tapi kenapa lo masih nemuin gue Al? Kenapa?”

“Bi, lo sadar ga sih kalo lo lakuin kesalahan yang buat gue kaya gitu? Gue gamau ketemu lo karena lo Bi, karena kesalahan lo.”

“Gue masih gatau dimana letak kesalahan gue Al, gue larang lo kpop an? Enggak kan? Bahkan gue udah bebasin lo mau beli kertas ganteng kek mau nonton konser kek, apalagi Al? Apa kesalahan gue?”

“Gue gak suka Bi kalo lo bawa-bawa Tama di antara kita.”

“Tama? Sejak kapan? Sejak kapan gue bawa Tama, Al?”

“Lo ga sadar atau gimana sih? Setiap gue jalan sama lo pasti lo bawa Tama, lo selalu ledekin gue sama Tama. Kenapa Bi?”

“Gue ga suka Al kalo lo deket sama Tama, gue gasuka.”

“Jadi lo larang gue deket sama Tama? Lo cemburu sama Tama? Bi, gue sama Tama cuman temen, lo gausah cemburu kaya gitu.”

Lagian juga Bi, gue sukanya sama lo bukan Tama.

“Udah ya, Bi? Jangan kaya gini lagi, gue gasuka lo lakuin hal kaya tadi, sakit Bi, hati gue sakit liat nya.”

“Maaf Al, maafin gue, maaf sikap gue kaya anak kecil.”

“Gue maafin lo, tapi lo janji jangan bawa bawa Tama diantara kita.”

Kita ya, Al?

“Iyaa Al, maafin gue, ya?”

“Iyaa Bi, lo kalo ada apa apa cerita sama gue, ya? Lampiasin ke gue, jangan ke rokok.”

“Iyaa Al,”

“Yaudah mending ke sekre, istirahat dulu.”

“Iyaa ayo,”

Setelah berbaikan Alana dan Abian pun pergi ke sekre untuk istirahat sejenak, mereka menenangkan pikiran nya masing-masing.

Abian sibuk dengan baju nya yang sudah tak karuan, dan Alana hanya duduk memperhatikan Abian yang sedang membenarkan bajunya.

“Bi, jangan gini lagi ya, gue ga suka sama sikap lo kaya tadi.”

“Iya Alana.”

Pulang

Saat Heksa menelpon Zean menyuruhnya untuk pulang cepat, Arka segera menancap gasnya dengan kakinya sehingga mobil mereka hampir menabrak kucing yang sedang menyebrangi jalan, untung saja kucing tersebut tidak terkena mobil Arka.

“Arkaaa is kalo nyetir pelan pelan, hampir nabrak kucing kan untung aja kucing nya gapapa,” ucap Zean sambil memukul lengan Arka.

“Sorryyy, abisnya tadi minta buru buru ya aku ngebut dikit lah,”

“Yaa tapi kan kamu juga harus perhatiin jalan,”

“Iyaiya maaf, udah sampe nih ayo turun,”

“Ayo,”

Setelah itu mereka pun turun dari mobil dan kemudian berjalan memasuki rumah Zean.

Zean mengetuk pintu rumah dikarenakan pintu tersebut terkunci dan Zean tidak membawa kunci cadangan untuk membuka nya.

Keadaan di dalam ruangan sunyi, anak Aderfia boys sedang berkumpul di ruang tengah dengan kegelisahan mereka, setelah melihat berita yang sedang beredar saat ini.

Tertutama Heksa, ia sangat khawatir dengan kakak nya itu, ia merasa bersalah jika kakak nya tidak pulang saat itu juga.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar membuat Aderfia boys menoleh secara bersamaan kearah pintu tersebut.

“Sa, ada yang dateng Sa,” ucap Jeviar.

“Iyaa Jev, coba gue liat dulu ya,” balas Heksa.

Kemudian Heksa perlahan mendekati pintu tersebut dan membuka dengan pelan, karena ia takut jika yang datang dari pihak kepolisian.

Dan saat Heksa membuka pintu tersebut ia terkejut melihat Zean dan Arka sedang berdiri membawa kantong makanan di tangan kanan kirinya.

“Kak Zean? Kak ini beneran lo? Serius? Yaallah kak Zeannn hikss, lo ga kenapa kenapa kann? Kakk maafin gue yaaaa hikss,” ucap Heksa sambil memeluk Zean dengan erat.

“Eh eh, lo kenapa anjir? Kenapa minta maaf juga? Gue gapapa Heksaa, emang ada apa sih?” tanya Zean tanpa membalas pelukan Heksa.

“Kak sumpah gue takut banget hiks, gue takut banget kak,” balas Heksa yang sedang menangis di pelukan Zean.

Jeviar dan yang lainnya melihat hal tersebut langsung berlari keluar pintu dan segera memeluk Zean bersamaan yang membuat Zean hampir jatuh karena di peluk oleh adik-adik nya itu sehingga keseimbangannya berkurang.

“KAK ZEAANNN HIKSS,” ucap Jeviar sambil memeluk Zean dengan erat.

Najendra dan Reza pun ikut memeluk Zean, saat ini Zean dan Arka masih kebingungan atas apa yang sedang terjadi.

“Lo pada kenapa anjir tiba tiba meluk Zean kaya gini? Ada masalah?” tanya Arka.

“Tau nih tumben banget meluk gue, pasti ada mau nya juga kan? Ngaku lo pada,” sambung Zean yang masih berada di pelukan Aderfia boys.

“Nggak kak sumpah, kita takut banget dari tadi, kita nungguin lo pulang sama bang Arka,” balas Najendra.

“Takut kenapa sih? Mending lepasin dulu deh, gue gabisa napas anjir,” pinta Zean sambil melepaskan pelukan tersebut.

Akhirnya satu persatu mereka melepaskan pelukan itu, dan Heksa segera membawa Zean dan Arka ke dalam rumah kemudian berbincang di ruang tengah.

“Ada apa sih sebenernya? Apa yang buat kalian kaya gini?” tanya Zean sambil menyiapkan makanan untuk adik-adiknya.

“Kak, lo gak liat berita?” tanya Jeviar kembali.

“Berita apaan?”

“Ini,”

“Hah? Ini bukan kita anjir, ngaco lo pada, bisa bisa nya nganggep itu kita,” sambung Arka.

“Ya abisnya lo berdua susah di hubungin, udah gue telfon, spam chat segala macem gaada satu pun yang bales.”

“Yaa sorry Sa, soalnya tadi hp gue sama Arka lobet, terus si Arka mobilnya hampir nabrak kucing jadi kita kaget makanya ga sempet buka hp juga.”

“Bikin panik aja lo berdua,”

“Haha sorry Jevv, yaudah yang penting nih makanan lo pada sampe, pada makan dulu deh sana,”

“Yang paling penting sih kakak gue selamat bang,”

“Terus gue ga di pentingin juga gitu Za?”

“Haha bercandaa,”

Mereka pun tertawa bersama sambil mengobrol dan menikmati makanan yang telah di sediakan, setelah beberapa menit kemudian Arka pun pamit untuk pulang karena sudah larut malam.

“Babe, aku pulang dulu ya udah malem juga,” pamit Arka.

“Oh iyaiya, yaudah aku anter ke depan ya,”

“Gausahh aku sendiri aja, kamu mending bangunin mereka suruh pindah ke kamar,”

“Yaudah nanti aku bangunin mereka sekalian beresin makanan,”

“Yaudah aku pulang yaa, byee”

“Hati hati ya, kabarin aku kalo udah sampe rumah,”

“Okeeyy,”

Arka pun pergi dari rumah Zean, kemudian Zean membangunkan adik-adiknya satu persatu untuk pindah tidur ke kamar nya masing-masing.