Semesta
—
Percakapan Telepon
“Halo Je, kenapa?” tanya Haidar.
“Anjing, kemana aja lo bangsat, gua telpon berkali kali kenapa gak diangkat? Lo dimana anjing!”
“Je, lo kenapa sih? Gausah pake emosi bisa gak!?”
“Lo dimana, Haidar!?”
“Gua dirumah Eri, kenapa sih?”
“Bangsat Haidar, tinggalin pacar lo, anjing! Adek lo Dar, adek lo”
“Kia? Kenapa?”
“Adek lo, udah gaada, Dar..”
“Gaada apaan sih, lo kalo ngomong yang jelas dong anjir,”
“Adek lo Dar… Adek lo ninggalin kita semua! Adek lo meninggal, Haidar.”
“Hah? Je, lo kalo ngomong yang bener, anjing.”
“Lo kalo mau liat adek lo, dateng kerumah sakit harapan kita, sekarang!”
Percakapan Telepon Terputus
—
Haidar yang mendengar penjelasan dari Jean langsung bergegas menuju kerumah sakit tanpa berpamitan dengan pacarnya itu. Ia langsung mencari taxi untuk menuju kerumah sakit.
Setelah beberapa menit kemudian akhirnya ia sampai dirumah sakit dan langsung menuju ke ruangan Kia.
Haidar terdiam, mengamati tubuh tak bergerak yang tertutupi kain putih di hadapannya. Lama ia sedikit ragu untuk mendekat, sebelum akhirnya ia berjalan dengan sangat pelan, menghampiri Kia yang sudah tak lagi bernyawa. Dibukanya kain putih yang menutupi jasad Kia dengan perlahan. Tampak wajah pucat Kia di sana, membuat Haidar menggigit bibirnya. Diraihnya tangan Kia yang kini terasa dingin, kemudian digenggamnya dengan erat.
“Ki, lo bercanda kan? Bangun Ki.”
“Ki, jangan tinggalin gua, ya? gua sayang sama lo, Ki.. Please bangun Kii,” ucap Haidar sambil memegang tangan Kia.
Tanpa ia sadar air mata miliknya terjatuh di pipinya itu.
“Ki bangunnnn.. Gua mohon sama lo,please bangun, ya? Izinin gua buat bahagiain lo, kasih gua kesempatan, Ki.. Please bangunnn!” ucap Haidar sambil menggoyangkan tubuh Kia.
“Dar, udah.. Percuma lo minta Kia bangun, dia gabakal bangun, Dar.. Udah, ya?” ucap Jean sambil memegang kedua lengan Haidar.
Clara dan Reina yang melihat hal itu langsung keluar meninggalkan Haidar di dalam bersama Jean dan Rakha.
“Dar, ini kan yang lo mau? Lo mau Kia ninggalin lo biar lo bisa pacaran sama Cewe lo itu, iya kan!?” ucap Rakha dengan emosi nya.
“Rakha! Jaga omongan lo, gua tau lo marah sama Haidar, tapi tolong, ngertiin posisi Haidar saat ini, ya?” sambung Jean sambil menenangkan Rakha.
Haidar berdiri dan langsung menghampiri Rakha.
“Lo kalo ngomong jangan sembarangan, Anjing!” serang Haidar.
Brugghh
Tonjokan dari tangan Haidar kini mendarat di pipi Rakha. Jean yang melihat hal itu langsung memisahkan Rakha dan Haidar.
“Kalian apa apan sih, kaya bocah tau gak, kalo mau ribut diluar, jangan disini, kita lagi berduka, tolong jangan buat keributan kaya gini! Lo semua udah pada gede otak nya tolong dipake!” bentak Jean.
“Ah, anjing!” ucap Rakha dengan kesal.
Rakha pergi meninggalkan kedua temannya itu dan berdiri di depan ruangan tersebut.
“Kak, lo kenapa lagi? Lo berantem sama kak Haidar?” tanya Clara sambil memperhatikan wajah rakha.
“Gak, gua gapapa,” jawab Rakha.
Mereka pun berkumpul untuk menunggu Haidar dan Jean keluar dari ruangan itu.
“Dar, hilangin kebiasaan lo yang kaya gitu, jangan suka asal nyerang orang, gua tau suasana hati lo lagi ga bagus, tapi tolong liat kondisi,” ucap Jean.
“Je, bisa tinggalin gua disini? Gua butuh waktu,” pinta Haidar.
“Bisa, Dar, kalo ada apa apa kabarin gua, ya?”
“Iya, thanks, Je,”
“Sama-sama”
Kemudian Jean pun keluar ruangan dan meninggalkan Haidar seorang diri.
“Ki, maafin gua, ya? Maaf karena gua selalu jahat sama lo, maaf gua belum bisa jadi kakak yang terbaik buat lo… Ki.. mungkin permintaan maaf gua sulit lo terima, tapi gua mohon kasih gua kesempatan buat memperbaiki semuanya, ya? Please wake up, gua janji, gua janji bakal bikin lo bahagia, tapi lo bangun ya, Ki? Hiks, Ki.. Please maafin gua, maafin kakak lo ini.. Ki, kenapa lo ninggalin gua duluan? Katanya lo sayang sama gua, tapi kenapa lo harus pergi? Kenapa?”
Saat ini Haidar hanya bisa menangis melihat keadaan Kia, ia selalu berharap Kia bisa bangun kembali, yang Haidar ingin kan saat ini hanyalah kesempatan. Ia ingin Kia bangun kembali dan membuatnya bahagia, ia hanya ingin membuat Kia bahagia, tapi semesta berkata lain, semesta mengambil Kia disaat Haidar belum bisa membahagiakannya.
“Semesta, saya nitip Kia, ya? Tolong jaga Kia disana, bahagiain Kia, jangan seperti saya yang selalu menyakitinya,” batin Haidar.