Maaf
—
Arka mendekatkan dirinya kepada Zean dan langsung memeluk Zean dengan erat. Saat ini Zean menangis di pelukan Arka. Arka yang menyadari hal itu menepuk punggung Zean agar lebih tenang.
“Gapapa sayang, nangis aja. Keluarin kekesalan kamu, aku bakal disini sampe kamu tenang, ya?”
Zean menganggukkan kepalanya.
“Arka, maaf.”
“Maaf kenapa, Ze? Kamu ga salah, aku yang salah disini, seharusnya aku gak ketemu perempuan itu, seharusnya aku tetep di depan kamar kamu, maafin aku ya, tapi Ze aku beneran sumpah demi apapun aku ga selingkuh sama dia Ze, aku ga pacaran sama dia, aku pun waktu itu hanya ngobrol sama dia terkait penyakit dia, aku cuman nanya dia ngapain ke rumah sakit dan ya dia jawab dia periksa lambungnya, cuman itu Ze.. Aku pun gatau kalo dia foto aku diem diem.”
“Hiks, Arka.. Maafin aku ya, maaf aku sempet jauhin kamu kemarin, maaf aku sempet ga percaya sama kamu, hiks.. Maafin aku Arka.”
“Heyy, kamu ga salah, kamu gausah minta maaf, ya? Disini aku yang salah Ze. Udah, ya? Jangan nangis lagi.”
Arka melepas pelukannya dan memegang kedua lengan Zean dan menatap Zean penuh dengan ke khawatirannya.
“Kamu jangan nangis lagi, ya? Jangan ngerasa bersalah, kamu lagi sakit Ze, jaga kondisi kamu, ya? Jangan mikirin hal hal yang gak penting.”
“Tapi kamu penting Arka. Kamu penting buat aku, gimana bisa aku ga mikirin hal itu? Dari kemarin aku selalu mikirin itu, aku takut Arka, aku cuman takut kamu pergi.”
Lagi lagi air mata Zean jatuh di pipinya dan Arka membawanya kembali ke dalam pelukanya yang hangat itu.
“Udah ya Ze, aku gaakan pergi. Aku disini sama kamu.”
“Hiks, maafin aku yaa, maaf aku cengeng kaya gini.”
“It's okay babe, I know what you feel.”
“Aku sayang banget sama kamu, Ka. Semoga kita terus bersama ya Ka, jangan kecewain aku.”