Istirahat
—
“Sayanggg.. Hehe maaf yaa lama, tadi yang beli sarapan nya ngantri bangett hufftt” Ucap Eri sambil berlari kearah Haidar dan langsung duduk disamping Haidar.
“Iyaa gapapa” Jawab Haidar sambil tersenyum.
“Kamu mau makan bubur atau buah?” Tanya Eri sambil menunjukkan sarapan milik Haidar.
“Bubur aja, masih ga kuat buat makan yang keras”
“Tapi buah nya makan ya, disuruh dokter harus makan buah okeyy?”
“Okayy”
Setelah itu Eri menyuapi Haidar secara perlahan dan Eri pun ikut sarapan bersamanya.
“Sayang, udah ya aku kenyang”
“Tapi ini belum habis,dikit lagi ya? abis itu minum obat”
“Gak mau, aku kenyang”
“Satu lagi okey?”
“Enggak”
“Please satu lagi ya?”
Brukkkk..
Haidar melempar mangkuk bubur yang berada di tangan Eri ke lantai hingga hancur. Membuat Eri membelalakan mata, kaget dengan aksi yang Haidar lakukan barusan.
“Kamu apaan si kaya anak kecil tau gak, ini tinggal satu suap lagi abis itu kamu minum obat, kamu gamau sembuh? Gamau cepet jalan?” bentak Eri pada Haidar, lelah dengan sikap laki-laki itu.
“Emang kalo aku makan banyak kamu bisa bikin aku jalan? Aku kenyang, mulut aku ga berasa apa apa Er, percuma, aku capek baru dua hari tapi rasanya berat banget,” keluh Haidar.
“Ya emang kamu pikir aku ga capek? Ngurusin kamu, suapin kamu segala macem, aku cuma pengen kamu sembuh Dar...” Eri menunduk, berusaha menyembunyikan airmatanya yang perlahan turun. Namun bahu Eri yang bergetar membuat Haidar menyadari bahwa kalimat yang baru saja ia lontarkan telah melukai gadis itu.
“Er, maafin aku... Maaf aku emosi tadi...” Haidar berucap dengan hati-hati. Disentuhnya dagu gadis itu perlahan, memberi perintah tanpa kata agar Eri mendongak.
“Hmm.. Aku pulang dulu ya, besok kesini lagi” Pamit Eri yang masih menundukkan wajahnya.
Spontan Haidar menahan tangan Eri agar ia tidak pergi dari tempat itu.
“Dar, lepas” Pinta Eri sambil melepas tangan Haidar.
Eri pun keluar dari kamar itu, saat itu Haidar hanya bisa menahan sesak nya sambil melihat langit diluar jendela.
“Ah sial, kenapa emosi sih, Haidar anjing emang” Ucap Haidar pada dirinya sendiri dengan kesal.
Namun di sisi lain, “Gitu kek dari tadi, sumpek banget anjir gue di dalem,mana harus akting nangis segala hufftt” Ucap Eri pada dirinya sendiri yang masih berdiri di depan pintu kamar Haidar.
Eri pun pergi dari tempat itu dan langsung pulang kerumah nya untuk istirahat, sedangkan Haidar saat ini hanya seorang diri di dalam kamar nya itu, hanya saja sesekali dokter mampir ke kamar nya untuk mengecek keadaan Haidar.