Cafe

Arka dan Zean pun berjalan menuju ke arah parkiran mobil, Zean segera melepaskan tangan Arka dan jalan lebih dulu dari pada Arka.

“Kok di lepas?” tanya Arka kebingungan.

“Kik di lipis, hilihhh sok sok an ngajak cewe makan barengg,” ledek Zean yang membelakangi tubuh Arka.

“Loh? Emang aku ngajak salah?”

“Ntah,”

“Cieee cemburu yaaaaaaaa,”

“Gak!”

“Bohongggg, haha Zean cemburuuu,”

“Enggak ih, udah deh cepetan jalannyaaaa aku laper,”

“Kasian banget sii pacar aku kelaperan, mau makan dimana nihh?”

“Gak tau,”

“Mau dimana ih serius,”

“Dimana aja lah terserah yang penting makan.”

“Hadehhh cewek, apa apa terserah, kan gue bingung mau dimana,” “Mie ayam mau?”

“Terserah.”

“Bodoamat lah Ze, pulang aja mending.”

“Ih makan!”

“Yaa dimanaa Zean sayangg?”

“Cafe belakang kampus,”

“Nah gitu dong ada jawaban,”

“Yaudah gece nyalain mobilnya,”

“Sabar dong,”

Arka segera menyalakan mobilnya dan langsung melajukan mobilnya untuk menuju ke cafe di belakang kampus.

Setelah beberapa menit kemudian mereka pun sampai di cafe tersebut, Arka segera memesan makanan yang Zean inginkan.

“Kamu mau apa?” tanya Arka.

“Mau kamu.” Zean menjawab sambil duduk di bangku yang kosong.

“Babe, serius.”

“Yaa aku serius? Emang keliatan bercanda?”

“Gak lucu ah,”

“Siapa yang ngelawak?”

“Gaada sih, udh cepet mau apa? Tadi katanya laper,”

“Ramen, minum nya matcha,”

“Matcha yang ijo?”

“Ungu,”

“Emang ada?”

“Is bawel, namanya matcha ya ijo, udh sana pesen,”

“Untung pacar, kalo bukan udh gue usir kali,”

“Apa liat liat,”

Zean yang kesal terhadap Arka langsung mengeluarkan hpnya dan membuka social medianya, kemudian Arka berjalan ke kasir untuk memesan makanan dan langsung membayar makanan tersebut.